20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sambil mengunyah yo-wan, nenek itu berkata. "O mie to hoed..... O mie to hoed ..." Dengan<br />

mata separuh tertutup, ia mengawasi kami dan berkata pula dengan suara perlahan: "Hm ...<br />

hanya lima belas orang. Coba tanya, apakah orang Koen loen pay dan Boe tong pay sudah<br />

pada datang semuanya?"<br />

"Kedatangan kedua wanita itu tidak diperhatikan oleh kami. Tapi, begitu sinenek<br />

mengucapkan perkataan itu, beberapa orang yang kupingnya lebih tajam segera menengok<br />

dan mengawasinya. Melihat nenek itu, hati mereka lega dan menganggap mereka salah<br />

dengar.<br />

"Tiba-tiba si nona cilik berkata dengan suara nyaring: "Hai! Popoku menanya kepada kalian.<br />

Apakah orang-orang Koen loen pay dan Boe tong pay sudah pada datang semuanya?"<br />

Semua orang terkejut, untuk sejenak mereka tak dapat mengeluarkan sepatah katapun. Sesaat<br />

kemudian, barulah Kan Ciat berkata: "Adik kecil, apa katamu?" Jawab nona itu: "Popoku<br />

menanya: Mengapa ia tidak melihat murid Boe tong dan Koen loen?" Alis Kan Ciat berkerut<br />

dan lalu menanya pula "Siapa kalian ?"<br />

"Nenek itu kembali batuk-batuk sambil membungkuk-bungkuk. Mendadak.... mendadak saja,<br />

aku merasa semacam angin menyambar dadaku, entah dari mana. Sambaran itu hebat luar<br />

biasa dan buru buru aku mengibaskan tangan untuk menangkis. Tiba tiba aku merasa dadaku<br />

menyesak, darahku bergolak golak, kedua lututku lemas dan aku jatuh duduk sambil<br />

muntahkan darah."<br />

"Dalam keadaan setengah pingsan, aku melihat badan si nenek bergrrak gerak, ia menggaplok<br />

atau meninju seraya batuk batuk tak hentinya. Dalam sekejap, empat belas orang sudah rebah<br />

di atas loteng Kecepatan bergeraknya dan hebatnya te<strong>naga</strong>nya tak dapat dilukiskan dengan<br />

kata-kata. Seumur hidup, belum pernah kulihat manusia yang bisa bergerak begitu cepat dan<br />

mempunyai te<strong>naga</strong> Lweekang yang sedemikian hebat. Di antara kami, sejurus pun tak ada<br />

yang mampu melawan. Kalau bukan tertotok jalan darah, isi perut mereka terluka karena<br />

pukulan Lweekang."<br />

"Tiba-tiba si nenek mengayun tangan kirinya dan lima belas bunga emas menyambar kebahu<br />

atau tangan kelimabelas orang. Kali ini dia tidak mencelakakan orang, sebab meskipun<br />

limabelas bunga emas itu mengenai tepat pada sasarannya, tak seorangpun yang mendapat<br />

luka. Sesudah itu, dia memutar tubuh dan dengan dipapah oleh si nona kecil, ia berkata "O<br />

mie to hoed! O mie to hoed !" Tanpa menengok lagi mereka turun kebawah loteng. Beberapa<br />

saat kemudian, kami men dengar suara totokan tongkat ditanah, diseling seling dengan suara<br />

batuk-batuk"<br />

Bicara sampai disitu, Yo Poet Hwie mendatangi dengan tangan mencekal sebuah karangan<br />

bunga yang merupakan topi. Sambil tertawa ha ha hi hi, ia berkata. "bu, kau pakailah topi ini,"<br />

dengan sikap aleman, ia lalu menaruh topi bunga itu dikepala sang ibu.<br />

Siauw Hoe tertawa sambil manggut manggutkan kepalanya dan kemudian melanjutkan<br />

penuturannya. "Kami semua rebah diatas papan loteng tanpa berkutik, sebagian pingsan,<br />

sebagian bernapas sengal-sengal dan sebagian pula merintih dengan perlahan...."<br />

"Ibu," memutus Poet Hwie. "Apakah kau sedang menceritakan perempuan jahat itu ? Jangan!<br />

Aku takut."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 461

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!