20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Apa kau tidak main main ?" tanyanya pula.<br />

Sam Hong kembali tertawa. "Apakah Thio Sam Hong berharga sedemikian besar, sehingga ia<br />

mesti dipalsukan?" tanyanya pula.<br />

Dengan penuh kesangsian, kedua pendeta itu berlari-lari kearah kuil untuk melaporkan.<br />

Sesudah lewat sekian lama, pintu ditengah kuil terbuka dan Hong thio Kong boen Taysoe<br />

muncul bersama-sama Kong tie dan Kong seng. Dibelakang mereka mengikuti lima orang<br />

pendeta tua yang mengenakan jubah pertapaan warna kuning muda. Sam Hong tahu, bahwa<br />

mereka, adalah anggauta angqauta dari Tat mo ih dan tingkatan mereka mungkin lebih tinggi<br />

daripada Kong boen dan saudara saudara sepenguruannya. Mereka itu biasanya<br />

menyembunyikan diri didalam kuil untuk mempelajari dan merenungkan ilmu silat Siauw lim<br />

sie. Sebegitu jauh, anggauta-anggauta tat mo ih tidak pernah mencampuri urusan lain. Tapi<br />

sekarang, rupanya karena mendengar kedatangan orang orang Boe tong pay, Kong boen<br />

sudah merasa perlu untuk mengajak kelima tetua itu.<br />

Sam Hong segera bertindak keluar dari pendopo Lip soat teng dan sambil memberi hormat, ia<br />

berkata: "Siauwtoo merasa berat untuk menerima sambutan dari para Taysoe." (Siauwtoo -<br />

Aku si imam kecil)<br />

Kong boen dan yang lain-lain segera merangkap tangan.<br />

"Kedatangan Thio Cinjin diluar dugaan siauwceng (aku sipendeta kecil)," kata Kong boen.<br />

"'Apakah maksud kedatangan Cinjin?"<br />

"Ingin minta pertolongan." jawabnya.<br />

"Duduklah, duduklah," mengundang Kong boen. Sesudah duduk dipendopo itu dan<br />

disuguhkan teh, didalam hati, Sam Hong merasa mendongkol, "Biar bagaimanapun juga, aku<br />

adalah guru besar dari sebuah partai," pikirnya. "Tingkatanku lebih tinggi daripada kamu.<br />

Mengapa kamu tidak mengundang aku masuk dikuil?" Tapi sebagai manusia yang<br />

sembarangan dan terbuka, perlakuan yang kurang pantas itu tidak dibuat pikiran olehnya.<br />

Tapi Kong boen sendiri rupanya sudah merasakan adanya ketidak pantasan. Katanya:<br />

"Menurut adat istiadat, kami harus mengundang Thio Cin jin masuk kedalam kuil. Tapi hal itu<br />

tidak dapat dilakukan, karena dulu, diwaktu muda, Thio cin jin pernah meninggalkan Siauw<br />

lim sie tanpa pamitan. Peraturan kuil kami, yang sudah dipertahankan selama ratusan tahun,<br />

tentulah juga diketahui Thio Cinjin. Setiap murid yang melarikan diri atau murid yang<br />

berkhianat, seumur hidupnya tidak dipermisikan menginjak lagi kuil kami. Menurut peraturan<br />

itu, siapa yang melanggarnya harus di kutungkan kakinya."<br />

Thio Sam Hong tertawa terbahak bahak. "Oh, begitu " katanya. "Memang benar, waktu masih<br />

kecil, Siauwtoo pernah berdiam di Siauw lim sie dan merawat Kak wan Taysoe. Akan tetapi,<br />

apa yang dilakukan Siauwtoo hanyalah menyapu lantai dan masak air. Siauwtoo belum<br />

pernah mencukur rambut dan juga belum pernah mengangkat guru. Maka itu, pada<br />

hakekatnya orang tidak dapat mengatakan, bahwa Siauwtoo adalah murid Siauw lim sie."<br />

Kong tie tertawa dingin. "Tapi tidak dapat disangkal bahwa ilmu silat Thio Cinjin adalah<br />

curian dari Siauw Lim sie," katanya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 372

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!