20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dengan berhutang budi yang begitu besar, Ngo Beng-kie pasti akan membela dia matimatian.<br />

Apakah kau ingin menggunakan bocah itu untuk menaklukkan Ngo Beng-kie? tanya Tiat<br />

Koan.<br />

Tidak bisa diberitahukan! Tidak bisa diberitahukan! jawabnya. Bagaimanapun juga, ini<br />

kenyataaan bahwa sekarang di dalam Beng-kauw sudah terjadi keretakan hebat. Pada saat<br />

menghadapi bencana, Peh Bie-kauw telah bentrok dengan Ngo Beng-kie. Untuk<br />

menyelamatkan diri dari kemusnahan, jalan satu-satunya adalah bersatu padu. Bocah yang<br />

berada dalam karungku mempunyai arti penting dalam usaha mendamaikan orang-orang kita.<br />

Sehabis berkata begitu, ia mengangsurkan tangan kanannya dan menempelkan Leng Tay-hiat<br />

di punggung Wie It Siauw. Kemudian ia mengerahkan hawa murni untuk membantu<br />

menindih racun dingin yang sedang mengamuk dalam tubuh Wie It Siauw.<br />

Cioe Tian menghela nafas, Swee Poet Tek, aku tentu tidak bisa mengatakan apapun juga, jika<br />

kau rela menjual jiwa demi kepentingan seorang sahabat, katanya.<br />

Biar kubantu kau, kata Tiat Koan Toojin sambil menempelkan telapak tangan kanannya pada<br />

telapak tangan kiri Swee Poet Tek. Disaat itu, bagaikan gelombang, dua hawa murni<br />

menerjang masuk ke dalam tubuh Wie It Siauw.<br />

Kira-kira semakanan nasi, Wie It Siauw merintih dengan perlahan dan sesaat kemudian ia<br />

tersadar, tapi giginya masih gemeletukan. Ia membuka kedua matanya dan berkata, Cioe Tian,<br />

Tiat Koan Tooheng terima kasih atas pertolongan kalian. Ia tidak menghaturkan terima kasih<br />

kepada Swee Poet Tek sebab mereka berdua mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga<br />

pernyataan terima kasih memang tidak perlu. Tiat Koan dan Swee Poet Tek yang sedang<br />

mengeluarkan te<strong>naga</strong> untuk melawan racun dingin tidak bisa lantas memberi jawaban.<br />

Tiba-tiba di puncak gunung sebelah timur sayup-sayup terdengar suara Khim.<br />

Leng Bian Sianseng dan Pheng Hweeshio sudah tiba, kata Cioe Tian yang lalu mendongak<br />

dan berteriak sekeras-kerasnya. Leng Bian Sianseng! Pheng Hweeshio! Ada seorang terluka.<br />

Kemari!<br />

Suara Khim berhenti dengan mendadak, suatu tanda teriakan itu sudah didengar.<br />

Siapa yang terluka, demikian terdengar teriak Pheng Hweeshio.<br />

Setan tak sabaran! caci Cioe Tian dengan suara perlahan. Sedikitpun ia tidak bisa menunggu.<br />

Sementara itu Pheng Hweeshio terus memberondong dengan pertanyaan-pertanyaan yang<br />

saling susul. Siapa yang terluka?...Apa Swee Poet Tek? Apa Tiat Koen heng?.... Hampir<br />

berbareng dengan selesainya pertanyaan-pertanyaan itu ia tiba di hadapan rombongan Cioe<br />

Tian.<br />

Aduh! serunya. Kalau begitu Wie It Siauw yang terluka.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 688

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!