20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pundak dan punggungnya, maka begitu melompat, ia roboh kembali. Nona kecil itu, yang<br />

lengannya tertancap sebatang anak panah, menangis dan sesambat: "Koko! Koko !... "<br />

Didalam hati, Sam Hong merasa menyesal bahwa ia sudah mencampuri urusannya Cioe Coe<br />

Ong. Akan tetapi, karena sudah terlanjur, ia tak bisa mundur ditengah jalan. Maka itu, ia<br />

menengok kepada siperwira dan berkata: "Anak itu sudah binasa dan mereka berdua telah<br />

mendapat luka berat, sehingga tak lama lagi merekapun akan turut binasa. Kalian sudah<br />

berpahala besar. Pergilah!"<br />

"Tidak bisa!" kata perwira itu. "Kami mesti memenggal kepala ketiga orang itu."<br />

"Perlu apa kalian berlaku begitu kejam ?" kata pula Sam Hong.<br />

"Siapa kau? Mengapa kau berani campur campur arusan kami ?" tanya siperwira dengan<br />

aseran.<br />

Sam Hong tertawa. "Siapa yang bisa menolong sesama manusia, haruslah dia menolong,"<br />

jawabnya. "Segala urusan dikolong langit boleh dicampuri oleh manusia di kolong langit."<br />

Perwira itu melirik kawan-kawannya. "Siapa adanya Tootiang dan di mana letak kuil mu?"<br />

tanyanya.<br />

Mendadak, dua perwira lain mengangkat golok dan menyabet pundak Sam Hong. Kedua<br />

senjata itu menyambar bagaikan kilat dan di atas perahu yang sempit, sungguh sukar untuk<br />

mengelakkannya. Tapi dengan hanya sekali miringkan badan, guru besar itu sudah kelit<br />

senjata musuh. Hampir berbareng, Sam Hong mengeluarkan kedua tangannya yang lalu<br />

ditempelkan di punggung kedua penyerang itu. "Pergilah !" Bentaknya seraya mendorong dan<br />

tubuh kedua perwira itu lantas saja "terbang", akan kemudian jatuh di atas perahu mereka<br />

sendiri.<br />

Sesudah puluhan tahun Sam Hong belum pernah bertempur dan hari ini ia sebenarnya<br />

menghadapi jago-jago pilihan dari kaizar Mongol. Semua jago itu kaget tak kepalang, sebab<br />

pihak mereka sedikitpun tak dapat berkutik.<br />

Mendadak, seperti orang ingat sesuatu, pemimpin rombongan menatap wajah Sam Hong<br />

dengan mulut ternganga dan kemudian berkata dengan suara putus-putus: "Kau ... kau .. apa<br />

kau bukan ..."<br />

"Aku adalah seorang yang biasa <strong>membunuh</strong> Tat coe," kata sikakek seraya mengibas dengan<br />

lengan jubahnya.<br />

Hampir berbarengan semua orang itu merasakan satu sambaran angin dan dada mereka<br />

menyesak, sehingga mereka tidak dapat mengetuarkan sepatah katapun. Dilain saat, dengan<br />

muka pucat mereka berdulu dulu meninggalkan perahu itu dan sesudah menolong kedua Hoan<br />

ceng yang tercebur diair, mereka kabur secepat mungkin dengan ramai-ramai mendayung<br />

perahu.<br />

Melihat sibrewok dan nona cilik itu dilukakan dengan anak panah beracun, Sam Hong segera<br />

mengeluarkan obat pemunah racun. Sesudah itu ia mendayung perahu kecil Itu, mendekati<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 394

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!