20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sokonyong-konyong, serdadu Goan yang tadi disodok Coei San dengan gagang tombak dan<br />

roboh pingsan, melompat bangun dan memeluk Boe Kie. Si bocah, terkesiap lalu<br />

menghantam dengan pukulan Sin liong Pa bwee. Karena melihat paman dan kedua orang<br />

tuanya mengamuk tanpa mengenal kasihan lagi, ia menggunakan pukulan itu dengan seantero<br />

te<strong>naga</strong>.<br />

Di luar dugaan serdadu Goan itu hanya mengeluarkan suara "heh!" terlahan, badannya tidak<br />

bergenting dan dengan sekali menotol tanah dan dengan kedua kakinya, ia melompat keatas<br />

punggung kuda yang lalu dikaburkan keras-keras.<br />

Lian Cioe, Coei San dan So So kaget tak kepalaug, cepat-cepat mereka mengubar. Dengan<br />

beberapa lompatan Jiehiap sudah menyandak dan tangan kirinya menghantam punggung<br />

serdadu itu. Tanpa menengok, serdadu itu menangkis. "Plak!", kedua tangan beradu. Lian<br />

Cioe merasa te<strong>naga</strong> musuh dahsyat luar biasa, seolah-olah gelombang besar, sehingga<br />

dadanya menyesak, tubuhnya bergoyang-goyang dan terhuyung beberapa tindak. Tunggangan<br />

serdadu itu tak kuat bertahan, keempat kakinya bergemetaran dan dia jatuh berlutut. Sambil<br />

mendukung Boe Kie, serdadu itu melompat turun dan terus kabur dengan menggunakan ilmu<br />

ringan badan. Dalam sekejap ia sudah lari puluhan tombak jauhnya.<br />

Melihat paras muka Lian Cioe yang pucat pasir Coei San tahu, bahwa kakak seperguruan itu<br />

telah mendapat luka yang tidak enteng.<br />

Buru-buru in menghampiri dan memeluknya. Sementara itu, dengan nekad So So mengejar<br />

terus, tapi musuh berkepandaian tinggi, makin lama jarak antara mereka makin jauh sehingga<br />

belakargan, sesudah membelok disebuah tikungan, serdadu itu menghilang dari<br />

pemandangan. Tapi So So yang sudah kalap mengejar terus.<br />

"Minta Teehoe balik." kata Lian Cioe dengan suara perlahan. "Kita harus..... berusaha dengan<br />

perlahan"<br />

"Bagaimana luka Jieko?" tanya si adik sambil menikam dua serdadu yang menerjang dengan<br />

tombaknya.<br />

"Tak apa-apa," jawabnya, "Yang paling penting panggillah Teehoe."<br />

Karena kuatir diantara sisa serdadu itu masih terdapat orang pandai, Coei San segera<br />

mengubar kian kemari dan sesudah mengusir mereka, barulah la melompat kepunggung kuda<br />

dan menyusul isterinya.<br />

Sesudah membedal tunggangannya belasan li, barulah ia bertemu dengan So So yang tengah<br />

berlari-lari dalam keadaan kalap dan dengan tindakan limbung, suatu tanda, bahwa nyonya<br />

muda ini sudah kehabisan te<strong>naga</strong>. Coei San memeluknya dan menaikkannya kepunggung<br />

kuda.<br />

Sambil menangis sedu-sedan, So So berkata "Anak kita hilang ! Tidak kecandak ..... tidak<br />

kecandak....." Tiba-tiba matanya mendelik dan ia pingsan dalam pelukan sang suami.<br />

Karena memikir keselamatan saudara seperguruannya, cepat-cepat Coei San memutar kuda<br />

dan lari balik ketempat tadi. Jauh-jauh ia melihat tiga serdadu Goan yang bersenjata tombak<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 304

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!