20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

angsa Mongol. Mereka sering berbuat sewenang wenang. Apakah dalam melakukan<br />

perbuatan-perbuatan itu, mereka bersedia untuk bicarakan soal benar atau salah denganmu?"<br />

"Memang benar, mereka tak memperdulikan benar atau salah," jawab Coei San. "Tapi juga<br />

benar, bahwa segenap pencinta negeri siang malam mengharap-harapkan datangnya<br />

kesempatan untuk mengusir kawanan penjajah itu."<br />

Cia Soen menyeringai, "Huh ! Sekarang kita bicara saja mengenai orang Han sendiri,"<br />

katanya. "Dulu, pada waktu orang Han duduk diatas tahta, apa dia menggubris soal benar atau<br />

salah dalam sepak terjangnya? Gak Hoei adalah seorang menteri setia. Tapi mengapa ia<br />

dibunuh oleh Song ko cong? Cin Kwee dan Kee Soe To adalah menteri-menteri dorna, Tapi<br />

mengapa mereka dapat memanjat kedudukan tinggi dan hidup dalam kemuliaan dan<br />

kemewahan?"<br />

"Kaizar-kaizar Lam song (kerajaan Song Selatan) telah menggunakan manusia-manusia<br />

pengkhianat dan membinasakan menteri menteri setia, antaranya Gak Hoei, sehingga kerajaan<br />

rubuh dan negeri jatuh kedalam tangan bangsa lain," kata Coei San. "Dalam hal ini dapat kita<br />

katakan, bahwa kaizar-kaizar itu telah mendapat buah yang jahat karena menyebut bibit<br />

kejahatan. Inilah kejadian yang membuktikan adanya perbedaan antara salah dan benar."<br />

Cia Soen bersenyum dan berkata dengan suara duka: "Thio Ngohiap, kau mengatakan, bahwa<br />

kaizar-kaizar itu telah mencicipi buah sebab perbuatannya yang jahat dan kejam. Sekarang<br />

aku ingin menanya: Apakah dosanya rakyat jelata sehingga mesti menderita terus menerus,<br />

mesti mengalami tindasan?"<br />

Coei San tak dapat menjawab ia hanya menghela napas dengan paras muka suram.<br />

"Rakyat sudah terpaksa membiarkan dirinya di persakiti karena mereka tidak mempunyai<br />

kemampuan untuk melawan," menyeletuk In So So. "Hal ini adalah hal yang lumrah dalam<br />

dunia."<br />

"Itulah sebabnya mengapa kita, orang-orang Rimba Persilatan, telah belajar silat,"<br />

menyambungi Coei San. "Tujuan kita yang terutama adalah membela keadilan dan menolong<br />

manusia yang perlu ditolong, Cia cianpwee adalah seorang enghiong yang jarang ada<br />

tandingannya dan dengan memiliki ilmu yang sangat tinggi itu, Cianpwee dapat berbuat<br />

banyak sekali untuk umat manusia ?"<br />

"Apa bagusnya membela keadilan" tanya Cia Soen sambil menjebi. "Apa perlunya membela<br />

keadilan?"<br />

Coei San kaget tak kepalang. Semenjak kecil ia telah menerima didikan bathin dari gurunya<br />

dan pada sebelum belajar silat, ia sudah tahu pentingnya tugas membela keadilan. Dalam alam<br />

pikirannya, seorang yang belajar silat secara wajar mempunyai tugas suci itu. Selama hidup,<br />

pertanyaan perlu apa membela keadilan belum pernah masuk kedalam otaknya. Maka itu,<br />

mendengar perkataan Cia Soen, ia tercengang dan tak dapat mengeluarkan sepatah kata.<br />

Beberapa saat kemudian, barulah ia berkata: "Membela keadilan... itulah jalan untuk<br />

menegakkan keadilan, sehingga perbuatan baik mendapat pembalasan baik dan perbuatan<br />

jahat mendapat pembalasan jahat."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 179

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!