20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dengan tindakan lebar ia berjalan keluar. Beberapa saat kemudian, Coei San dan So So<br />

mendengar suara tertawanya yang panjang dan nyaring. Sedari bertemu, belum pernah mereka<br />

melihat dia begitu bergembira.<br />

Demikianlah, dengan penuh perhatian, ketiga orang itu merawat dan memelihara Cia Boe Kie.<br />

Sebagai seorang yang bergelar Kim-mo Say ong, kepandaian Cia Soen dalam ilmu<br />

menangkap dan melatih binatang dapat dikatakan tidak bandingannya didalam dunia. Coei<br />

San mengajak ia pergi keberbagai pelosok pulau itu dan sekali pergi, ia tidak melupakan lagi<br />

jalanan jalanannya.<br />

Dalam pembagian pekerjaan, Cia Soen bertanggung jawab untuk menyediakan daging kepada<br />

keluarganya, menangkap menjangan atau memburu biruang.<br />

Kadang-kadang sikera merah mengikut, tapi karena cara kera itu membinasakan biruang<br />

terlalu mudah, maka Cia Soen berbalik tidak merasa gembira. Semula ia masih suka<br />

mengajaknya untuk dijadikan penunjuk jalan, tapi sesudah mengenal jalanan, ia tidak<br />

mempermisikan lagi dia mengikut dan memerintahkannya berdiam untuk ber main-main<br />

dengan Boe Kie.<br />

Beberapa tahun telah lewat dengan aman sentosa. Bayi itu bertubuh kuat, tidak pernah<br />

mengenal penyakit, dan dengan cepatnya sudah menjadi seorang anak yang mungil dan subur.<br />

Diantara ketiga orang tua itu, Cia Soen lah yang paling memanjakannya. Setiap kali Coei San<br />

atau So So mau nenghukumnya, karena ia terlalu nakal, Cia Soen selalu datang disama tengah<br />

dan menghalang halangi. Dengan demikian, saban-saban ayah dan ibu kandungnya bergusar,<br />

ia tentu lari ketempat sang ayah angkat untuk meminta pertolongan. Kedua orang tuanya<br />

hanya dapat menggeleng-geleng kan kepala dan menggerutu, bahwa anak itu terlalu dimanja<br />

oleh sang toako.<br />

Waktu Boe Kie berusia empat tahun, So So lalu mulai mengajar ilmu surat kepadanya. Pada<br />

hari ulang tahunnya yang kelima, Coei San berkata: "toako, anak kita sudah boleh belajar<br />

silat. Mulai hari ini, kurasa kau sudah boleh mengajarnya. Apa Toako setuju?"<br />

Sang kakak menggelengkan kepalanya. "Tak bisa," jawabnya. "Ilmu silatku terlampau dalam.<br />

Jika sekarang aku yang mengajarnya, ia tak mengerti. Sebaiknya, lebih dulu kau menurunkan<br />

ilmu Boe tong Sim hoat dan sesudah is berusia delapan tahun, barulah aku yang mengajarnya.<br />

Sesudah aku mengajar dua tahun, kamu sudah boleh pulang!<br />

So So kaget dan heran. "Apa? pulang? Pulang ke Tionggoan?" menegasnya.<br />

"Benar." jawabnya. "Selama beberapa tahun, sehari aku memperhatikan arah angin dan arus<br />

air. Aku mendapat kenyataan, bahwa saban tahun pada malam yang paling panjang, turunlah<br />

angin yang meniup keras terus menerus sampai beberapa puluh malam. Sebelum waktu itu<br />

tiba, kita dapat membuat sebuah getek yang besar, memasang layar dan jika Langit tidak<br />

mengacau, mungkin sekali kalian bisa ditiup angin sampai di Tionggoan."<br />

"Kami?" tanya pula So So. "Apa kau tidak turut serta?"<br />

"Mataku sudah tidak bisa melihat, perlu apa aku pulang ke Tionggoan?" jawabnya.<br />

"Jika kau tidak ikut, kami pasti tak akan mempermisikan kau berdiam sendirian dipulau"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 235

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!