20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Coei San dan So Sal terkejut. Baru sekarang mereka tahu, mengapa Cia Soen yang boen boe<br />

song Coei (pandai ilmu surat dan ilmu silat) acap kali berlaku seperti binatang buas.<br />

"Jika aku melatih Cit siang koen sudah memiliki Lweekang yang sama tingginya sepertt Lwee<br />

kang Kong kian Taysoe atau Thio Cinjin dari Boe tong pay, mungkin sekali aku tidak sampai<br />

terluka, luka itu tidak menjadi halangan," kata pula Cia Soen. "Aku sudah tidak menghiraukan<br />

segala bencana karena didorong oleh keinginan untuk membalas sakit hati secepat mungkin.<br />

Tahun itu, sesudah membinasakan tujuh orang, barulah aku dapat merampas kitab Cit siang<br />

koen dari tangan Kong tong pay dan dengan tergesa-gesa segera melatih diri menurut<br />

petunjuk-petunjuk kitab itu. Aku berbuat begitu, sebab kuatir guruku keburu mati dan aku<br />

tidak bisa membalas sakit hati. Sesudah kasep dan tidak bisa diubah lagi, barulah aku<br />

mendusin, bahwa aku sudah mendapat luka didalam. Aku sama sekali tidak memikir untuk<br />

lebih dulu menyelidiki, mengapa dalam kalangan Kong tong pay sendiri tidak ada orang yang<br />

mempelajari ilmu pukulan itu. Disamping itu, masih ada lain sebab, mengapa aku segera<br />

melatih diri dalam Cit siang koen. Pukulan itu mempunyai sifat-sifat yang dahsyat dap<br />

menyeramkan dan bagiku, hal itu merupakan keuntungan besar. Su moay, apakah kau<br />

mengerti maksudku."<br />

So So memikir sejenak. "Apakah Toako maksud kan bahwa Cit siang koen agak mirip dengan<br />

ilmu silat Pek lek chioe." tanya si adik.<br />

"Benar!" jawabnya. "So moay, kau sungguh pintar. Guruku bergelar Hoen goan Pek lek chioe,<br />

atau si Tangan geledek, dan ilmu silatnya mengandung pengaruh angin dan geledek yang<br />

sangat hebat. Jika aku menyerang dengan Cit siang koen, ia pasti akan menduga, bahwa aku<br />

menyerang dengan ilmu silatnya sendiri, ia akan mendusin sesudah pukulanku mampir<br />

dibadannya, tapi sudah kasep. Ngotee, jangan kau mengatakan, aku licik dan kejam, Guruku<br />

adalah salah seorang yang paling hati-hati dan paling kejam didunia. Jika kau tidak<br />

menggunakan racun untuk melawan racun, sakit hatiku pasti tidak akan terbalas.<br />

Hai! Ngotee, aku sudah melantur terlalu jauh sehingga melupakan soal Kong kian Taysoe<br />

yang mau dituturkan olehku. Malam itu, sesudah melatih diri dalam Cit siang koen, aku<br />

segera berangkat untuk cari Song Wan Kiauw."<br />

"Selagi melompat keluar dari tembok, sedang kedua kakiku belum hinggap dibumi, tiba-tiba<br />

pundakku ditepuk orang. Aku kaget bukan main. Bahwa badanku disentuh orang tanpa aku<br />

mampu menangkis, adalah kejadian yang belum pernah terjadi, Boe Kie, cobalah kau pikir.<br />

Jika orang itu menepuk dengan menggunakan Lweekang, bukan kah aku sudah<br />

mendapatkanluka berat? Aku balas memukul dan begitu lekas kaki kiriku hinggap ditanah,<br />

aku memutar badan. Saat itu sekali lagi aku merasa punggungku ditepuk orang dan hampir<br />

berbareng terdengar hela napas dan suara seorang: "Lautan penderitaan tiada terbatas,<br />

menengok kebelakang melihat tepian."<br />

Boe Kie gembira sekali, ia tertawa terbahak bahar. "Gie hoe," katanya. "Apa orang itu main<br />

main denganmu?" Coei San dan So So sudah menebak, bahwa orang itu Kong kian Taysoe<br />

adanya.<br />

"Waktu itu aku begitu kaget, sehingga sekujur badan dingin semua," Cia Soen melanjutkan<br />

panturannya. "Dengan kepandaian yang sedemikian tinggi, dengan mudah orang itu bisa<br />

mengambil jiwaku. Tapi delapan perkataan yang diucapkan nya bernada lemah lembut, penuh<br />

kasih dan sayang. Begitu memutar badan. kulihat seorang pendeta yang mengenakan jubah<br />

putih berdiri dalam jarak empat tombak lebih. Dengan demikian, sesudah menepuk<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 245

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!