20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

acunnya pun tidak sama. Menurut dugaannya, racun jarum perak itu adalah “Sim it tiauw”<br />

(jantung satu kali lompat) dari semacam serangan beracun. “Sim it tiauw” berarti bahwa<br />

begitu racun itu bertemu dengan darah, jantung dari orang yang kena racun hanya bisa<br />

berdenyut satu kali lagi. Tak perlu diragukan lagi bahwa si pembokong adalah konco Goan tin<br />

yang coba menutup mulut Coan kang Tiangloo waktu tetua Kay pang itu mau menyebutkan<br />

nama Goan tin.<br />

Perintah Kong tie tidak diladeni, sejumlah pendeta hanya menyambut dengan, “O mie to<br />

hoed” sambil merangkapkan tangan mereka.<br />

“Siapa yang <strong>membunuh</strong> Soe Pangcoe sudah diketahui oleh berlaksa murid Kay pang!” teriak<br />

Ciang pang Liong tauw, “Kalau kamu mau menutup mulut kami, kamu harus <strong>membunuh</strong><br />

semua anggota Kay pang. Hweeshio yang <strong>membunuh</strong> Pangcoe kami adalah Goan tin….”<br />

Tiba-tiba Cian poen Liong tauw melompat seraya mengibaskan mangkok. Selagi kawannya<br />

bicara, Ciang poen Liong tauw bersiaga. Begitu melihat berkelebatnya sinar putih, ia<br />

melompat. Terlambat sedikit saja kawan itu tentu mati.<br />

Hamper bersamaan, cepat luar biasa Kong tie melompat ke arah sembilan pendeta Tat motong<br />

dan menendang roboh salah seorang pendeta tua. Ia mencengkram batang leher pendeta<br />

itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.<br />

“Kong jie, kau!” bentaknya. Ia merobek jubah pendeta itu dan melontarkannya di tanah.<br />

Dipinggang pendeta itu terdapat sebatang tabung kecil yang terbuat dari tembaga dan didalam<br />

tabung itu dipasang per yang bisa menendang kalau alatnya dipijit sehingga dalam<br />

melepaskan jarum orang tak usah mengayunkan tangan.<br />

Dalam gusar, duka dan kagetnya, Ciang pang Liong tauw menyapu dengan toyanya dan<br />

kepala Kong jie segera hancur. Sebagai pendeta yang sama tingkatannya (tingkatan “Kong”)<br />

dengan keempat Seng ceng, Kong jie memiliki kepandaian tinggi. Tapi karena jalan darahnya<br />

sudah ditotok Kong tie, maka ia tak berdaya meloloskan diri dari toya Ciang pang Liong<br />

tauw.<br />

Kong tie dongkol karena kekasaran tetua Kaypang itu. Dengan sorot mata gusar ia mengawasi<br />

Ciang pang Liong tauw. Keadaan berubah kalut, banyak orang berteriak-teriak.<br />

Mendadak dari luar masuk empat orang pendeta wanita yang masing-masing memegang<br />

hudtim (kebutan). Salah seorang berteriak, “Cioe Cie Jiak, Ciang boen-jin Go bie-pay dengan<br />

mengajak murid-murid Go bie, mengunjungi Koen boen Hong thio dari Siauw lim sie!”<br />

“Masuklah!” kata Kong tie. Dengan sikap tenang seolah-olah tidak terjadi apapun jua, ia<br />

keluar menyambut dengan diiringi oleh pendeta-pendeta Tat mo-tong yang sekarang<br />

berjumlah delapan. Sesudah memberi hormat, keempat pendeta wanita itu memutar badan dan<br />

berjalan keluar lagi untuk menyambut pemimpin mereka.<br />

Begitu mendengar nama “Cioe Cie Jiak”, jantung Boe Kie memukul keras. Ia melirik Tio<br />

Beng yang juga sedang mengawasi dirinya.<br />

Rombongan Go bie-pay tidak segera masuk ke lapangan. Sesudah Kong tie keluar<br />

menyambut, barulah mereka maju dalam barisan yang rapi. Barisan sebelah depan terdiri dari<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1335

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!