20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Orang itu berlari-lari dengan kecepatan luar biasa. Selang beberapa jam, pemuda itu<br />

merasakan hawa yang hangat. Ia tahu matahari sudah keluar. Ia juga dapat merasakan, bahwa<br />

ia sedang dibawa ke atas gunung. Sesudah lewat kira2 2 jam lagi, hawa udara berubah dingin.<br />

Hm sudah tiba di puncak yang tertutup salju, pikirnya. Mendadak, ia merasa kurang begitu<br />

mengapung keatas dan tubuhnya seolah2 terbang di angkasa. Ia terkesiap dan berteriak. Dilain<br />

detik, orang itu sudah hinggap di tanah. Ia mengetahui, bahwa orang itu sedang melalui<br />

puncak yang berbahaya dan harus melompat kian kemari. Sekali meleset, habislah! Baru saja<br />

memikir begitu, karung sudah mengapung lagi keatas.<br />

Ia memeramkan matanya dan menyerahkan segala apa kepada nasib.<br />

Tiba2 di sebelah kejauhan terdengar teriakan orang. Swee Poet Tek! Hey! Mengapa kau baru<br />

datang?<br />

ditengah jalan aku menemui sedikit urusan jawab orang yang menggendong Boe Kie. apa Wie<br />

It Siauw sudah datang?<br />

Belum jawab suara yang jauh itu. Heran sungguh. Swee Poet Tek, apa kau bertemu dengan<br />

dia? seraya menjawab orang itu datang.<br />

Boe Kie tersadar. Sekarang ia tahu, orang itu bernama Swee Poet Tek. Tak heran, pada waktu<br />

ia menanyakan namanya, orang itu menjawab Swee Poet Tek, yang berarti Tidak dapat<br />

diberitahukan. Mengapa namanya begitu aneh?<br />

Tian koan Soeheng, kata Swee Poet Tek.<br />

<strong>Mar</strong>i kita cari saudara Wie. Kukuatir terjadi sesuatu yang hebat? kata Tiat koan Toojin, Ceng<br />

ek Hok ong seorang pintar dan berkepandaian tinggi,<br />

Tapi aku tetap merasa tak enak kata Poet Tek.<br />

Sekonyong2 dari sebuah lembah di bawah puncak terdengar teriakan Hweesio bau Swee Poet<br />

Tek! Tua bangka Tiat koan! Lekas kemari! Bantulah aku. Aduh celaka benar!<br />

Cioe Tian! teriak kedua orang itu, hampir berbareng.<br />

Dia seperti mendapat luka, kata Swee Poet Tek. Mengapa suaranya begitu lemah? tanpa<br />

menunggu jawaban, ia segera melompat lompat ke bawah sambil menggendong karung.<br />

Ah! Kata Tiat koan yang mengikuti di belakang, Lihat! Siapa yang digendong Cioe Tian? Apa<br />

Wie It Siauw?<br />

Cioe Tian jangan bingung! teriak Swee Poet Tek. Kami akan membantu kau.<br />

Cioe Tian tertawa, Kurang ajar bentaknya Bingung apa? Yang hampir mampus ialah si<br />

kelelawar penghisap darah!<br />

Saudara Wie? menegas Swee Poet Tek dengan kaget. Mengapa dia? Seraya bertanya, ia<br />

mempercepat tindakannya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 685

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!