20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Tidak! Siauwjin hanya takut mati, tidak takut sakit.”<br />

“Kalau begitu, panteklah tusuk kundaiku dengan batu ini.”<br />

Tanpa berpikir lagi, ia memantek tusuk kundai itu yang lantas saja masuk di daging<br />

pundaknya, tepat di Coat poen hiat.<br />

Sebaliknya dari sakit, ia merasa nyaman sehingga ia makin percaya omongannya Tio Beng<br />

dan menghaturkan terima kasih berulang-ulang.<br />

Beberapa saat kemudian, si nona menyuruh mencabut tusuk kundai itu dan mengulangi<br />

penusukkan pada Hoen boen hiat, Kouw pong hiat dan beberapa “hiat” lain.<br />

Boe Kie tersenyum dan berkata. “Sudah! Sudah cukup!”<br />

Penusukan beberapa “hiat” itu adalah tindakan Tio Beng untuk berjaga jaga menghadapi<br />

pengkhianatan. Selama sepuluh hari, jika orang she Sioe itu berlari-lari dalam jarak kira-kira<br />

seratus lie ia akan roboh dan binasa. Menurut perhitungan nona Tio, apabila ia ingin<br />

melaporkan kejadian itu kepada Seng Koen, begitu keluar dari kelenteng, ia tentu akan lari<br />

secepat mungkin sebab takut diuber. Dan larinya itu berarti kebinasaannya.<br />

“Sekarang ambil dua paso air untuk kami cuci muka dan sesudah itu masak nasi,” kata si<br />

nona. “Kalau sudah bosan hidup, tak ada halangan kau menaruh racun di nasi, supaya kita<br />

bertiga bisa mampus bersama-sama.”<br />

“Siauwjin tak berani, siauwjin pasti tidak berani…” jawabnya.<br />

Demikianlah, mulai hari itu Boe Kie dan Tio Beng mempunyai seorang pelayan.<br />

Atas pertanyaan Tio Beng, ia menerangkan bahwa ia she Sioe, bernama Lam san. Ia juga<br />

dikenal dengan julukan Ban sioe Boe Kiang.<br />

Julukan itu berarti Usia Abadi, hanya merupakan suatu ejekan. Ia berasal dari kalangan Rimba<br />

Hijau dan ia mengabdi kepada Goan tin (Seng Koen) sebab ia tolol, otaknya tumpul dan<br />

kepandaiannya cetek. Goan Tin hanya menggunakannya sebagai pesuruh dan tidak pernah<br />

memberi pelajaran silat kepadanya. Paling belakang ia mendapat perintah untuk<br />

mengantarkan surat surat undangan dan akhirnya bertemu Boe Kie dan Tio Beng.<br />

Dalam peranan sebagai pelayan, Sioe Lam San rajin dan mendengar kata. Dialah yang<br />

mengubur mayat-mayat. Biarpun bodoh, dia memiliki semacam ilmu yang cukup tinggi yaitu<br />

ilmu memasak. Sayur sayur yang dibuatnya sangat lezat dan bernilai tinggi, sehingga kedua<br />

“majikannya” jadi sangat girang.<br />

Perlahan-lahan Boe Kie dan Tio Beng menanyakan soal To say Eng hiong hwee. Sioe Lam<br />

San memberi segala keterangan yang ia tahu, hanya sayang, ia tahu sangat sedikit. Ia hanya<br />

mendengar bahwa Hong thio Siauw lim sie, Kong boen Taysoe telah mengangkat Goan Tin<br />

sebagai pelaksana pertemuan besar yang bakal diadakan dan bahwa yang mengundang adalah<br />

Kong boen dan Kong tie Seng ceng. Orang2 gagah dari berbagai partai dan golongan<br />

diundang untuk berkumpul di Siauw lim sie pada hari perayaan Toan ngo.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1278

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!