20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Malam itu, rombongan itu menginap di sebuah rumah penginapan. Seperti biasa, Siauw<br />

Ciauw membawa sepaso air cuci muka ke kamar Boe Kie.<br />

Siauw Ciauw, hari ini kau berjasa besar sekali, kata Boe Kie. Mulai dari sekarang kau tak<br />

usah melakukan tugas pelayan lagi.<br />

Si nona tersenyum. Aku justru merasa senang jika bisa merawat kau, katanya. Tugas semua<br />

sama saja, yang satu tidak lebih mulia daripada yang lain.<br />

Sesudah Boe Kie mencuci muka, si nona mengeluarkan kotak emas yang dikirim Tio Beng.<br />

Apa di dalamnya? tanyanya. Mungkin racun, mungkin senjata rahasia. Kita harus ber-hati2.<br />

Ya, kita harus berhati-hati, kata Boe Kie. Ia menaruh kotak itu di atas meja dan sesudah<br />

menarik tangan si nona supaya menyingkir yang agak jauh, lantas ia menimpuknya dengan<br />

uang tembaga. Tring! uang itu kena tepat di pinggir kotak dan tutupannya lantas saja terbuka.<br />

Boe Kie mendekati dan melongok ke dalam kotak, yang isinya ternyata bukan lain daripada<br />

kembang mutiara yang pernah dipetik olehnya dari kondai nona Tio. Dua butir mutiara yang<br />

katanya hilang, juga sudah berada di tempatnya. Boe Kie mengawasi dengan mata<br />

membelalak. Ia tahu apa artinya itu.<br />

Jilid 47________________<br />

Thio Kongcoe, kata Siauw Ciauw sambil tertawa. Thio Kauw-nio bersikap manis luar biasa<br />

terhadapmu.<br />

Aku seorang lelaki, perlu apa dengan perhiasan itu? kata Boe Kie. Siauw Ciauw, kau<br />

ambillah.<br />

Si nona tertawa nyaring. Sambil menggoyang-goyangkan tangannya ia berkata, Tidak! Tak<br />

bisa begitu. Bagaimana aku bisa menerima hadiah itu yang diberikan kepadamu dengan penuh<br />

kecintaan.<br />

Tanpa berkata apa-apa lagi, Boe Kie segera menjemput kembang mutiara itu. Kena! serunya<br />

seraya menimpuk. Timpukan itu tepat sekali menancap di rambut Siauw Ciauw tanpa melukai<br />

kulit kepalanya.<br />

Si nona mau mencabutnya, tapi Boe Kie buru-buru mencegah dengan berkata, Anak baik,<br />

apakah aku tidak boleh menghadiahkan sesuatu kepadamu?<br />

Paras muka si nona lantas saja bersemu merah. Ia menunduk dan berkata, Terima kasih. Tapi<br />

aku kuatir Sio-cia akan menjadi gusar jika ia lihat aku memakai perhiasan ini.<br />

Tidak! bantah Boe Kie. Hari ini kau berjasa besar. Yo Cosoe, ayah dan anak tidak akan curiga<br />

lagi.<br />

Siauw Ciauw jadi girang sekali. Melihat Kongcoe belum juga kembali, hatiku bingung.<br />

Apalagi belakangan datang barisan Goan itu yang segera mengurung dan menyerang, katanya.<br />

Entah bagaimana, entah dari mana aku dapat keberanian, tahu-tahu aku memegang bendera<br />

dan berteriak-teriak. Kalau sekarang kuingat kejadian itu, hatiku masih ketakutan. Thio<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 861

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!