20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Soema Cian Ciong adalah salah satu orang aneh dalam Rimba Persilatan. Dia tak punya guru<br />

dan tak punya murid. Dia bebas bagaikan burung hoe liar, tidak masuk partai manapun jua<br />

dan sangat jarang bertempur sehingga orang tak tahu sampai berapa tinggi kepandaiannya.<br />

Kalau berbicara, dia bicara seenaknya saja, tak ragu-ragu untuk mengejek atau menyindir.<br />

Perkataan Soema Cian Ciong segera saja mendapat sambutan hangat. Beberapa orang turut<br />

bicara dan meminta supaya Siauw lim-pay segera mengeluarkan To liong to untuk<br />

diperlihatkan kepada semua tamu.<br />

“To liong to tidak ada ditangan kami,” kata Kong tie dengan suara perlahan. “Selama hidup<br />

loolap pun belum pernah melihat golok mustika itu.”<br />

Pernyataan itu diluar dugaan dan mengejutkan semua orang. Keadaan segera berubah ramai,<br />

banyak orang berebut menyatakan pendapat. Semula semua tamu menduga bahwa To liong to<br />

ada sangkut paut dengan pertemuan ini.<br />

Dibelakang Kong tie berdiri sembilan pendeta tua yang mengenakan jubah pertapa warna<br />

merah. Sesudah suara ramai mereda, salah seorang sembilan pendeta itu maju ke depan dan<br />

berkata dengan suara nyaring. “Bahwa To liong to berada di dalam tangan Cia Soen diketahui<br />

oleh semua orang. Hanya sayang waktu kami menangkap Cia Soen, To liong to tidak berada<br />

ditangannya. Karena hal ini hal penting dalam Rimba Persilatan, maka hong Tio kami telah<br />

berusaha untuk mencari tahu. Tapi Cia Soen orang yang keras kepala, biarpun segera dibunuh<br />

dia tidak mau membuka mulut. Maka itu pertemuan hari ini mempunyai dua tujuan. Yang<br />

pertama untuk merundingkan cara menghukum Cia Soen, yang kedua untuk menyelidiki<br />

dimana adanya To liong to. Apabila diantara kalian ada yang mendapat informasi, kami harap<br />

bisa memberitahukan secara terang-terangan.”<br />

Semua orang saling mengawasi. Semua orang membungkam.<br />

Yang bicara lagi Soema Cian Ciong. “Selama ratusan tahun, disamping To liong to masih ada<br />

Ie thian kiam,” katanya. “Menurut cerita orang pedang itu berada dalam tangan Go bie-pay.<br />

Tapi sesudah pertempuran di Kong-beng teng, Ie thian kiam juga hilang tak berbekas. Apakah<br />

karena pertemuan hari ini dinamakan Eng hiong Tay hwee (pertemuan orang-orang gagah,<br />

pria), maka jago-jago betina dari Go bie-pay lantas tidak mau datang?”<br />

Perkataan itu diambut gelak tawa.<br />

Tiba-tiba terdengar teriakan seorang tie kek-ceng, “Kay pang Soe Pangcoe dengan para Tiang<br />

loo dan para murid Kay pang datang berkunjung!”<br />

Boe Kie heran. “Soe Hwee Liong Pangcoe sudah binasa ditangan Goan tin,” katanya dalam<br />

hati, “Dari mana muncul Soe Pangcoe lagi?”<br />

“Undang mereka masuk!” teriak Kong tie.<br />

Kay pang adalah pang hwee (perkumpulan) yang terbesar dalam dunia kangouw. Sebagai<br />

penghargaan terhadap tamu yang baru datang itu Kong tie sendiri keluar menyambut.<br />

Rombongan Kay pang terdiri dari seratus lima puluh orang lebih yang semuanya mengenakan<br />

pakaian rombeng. Biarpun dalam tahun belakang keadaan Kay pang tak seperti dulu lagi tapi<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1331

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!