20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Tokoh darimana yang datang mengunjungi Kay Pang?” teriak Tan Yoe Liang. “Kalau kau<br />

iblis Beng kauw, perlihatkan dirimu!”<br />

Teriakan si orang she Tan disambut dengan tiga kali suara “Cring” dari tali khim dan hampir<br />

berbarengan empat orang wanita muda yang mengenakan baju putih melompat turun dari<br />

payon timur dan barat. Kedua tangan setiap wanita itu memeluk sebuah yauw khim yang<br />

ukurannya lebih pendek dan lebih kecil separuh dari cit hiam khim (khim tujuh tali). Tapi<br />

biarpun lebih kecil khim itu mempunyai tujuh tali. Begitu hinggap di bumi mereka lantas saja<br />

berdiri di empat penjuru di ruangan toa thiam itu. Sesaat kemudian dari luar pintu masuk<br />

empat orang wanita muda yang mengenakan baju hitam dan masing masih memegang<br />

sebatang seruling yang berwarna hitam pula. Seruling itu lebih panjang daripada seruling<br />

biasa. Mereka pun lantas berdiri di empat sudut ruangan.<br />

Boe Kie tak punya pengertian cukup dalam ilmu susiang Pat kwa kedudukan delapan wanita<br />

itu mengherankan hatinya. Mereka seolah olah menduduki kedudukan Pat kwa, tapi bukan Pat<br />

kwa yang tulen. Tapi biar bagaimanapun jua, Boe Kie merasa bahwa kedudukan mereka<br />

sesuai dengan peraturan tertentu.<br />

Sementara itu, kedelapan wanita itu sudah mulai memperdengarkan sebuah lagu yang luar<br />

biasa. Meskipun Boe Kie tidak mengerti musik, ia bisa merasai bahwa lagu itu bersifat merdu,<br />

tenang dan damai.<br />

Beberapa saat kemudian dengan iringan lagu itu, masuklah seorang wanita yang mengenakan<br />

baju kuning dengan tangan kiri menuntun seorang gadis cilik yang berusia kurang lebih dua<br />

belas tahun. Wanita yang berusia kira kira dua puluh tujuh tahun itu sangat cantik, hanya kulit<br />

mukanya terlampau putih seolah olah tak punya darah. Si gadis cilik beroman jelek,<br />

hidungnya dongak ke atas, mulutnya lebar memperlihatkan deretan dua gigi yang besar. Ia<br />

mengikuti si cantik dengan sebelah tangan memegang tongkat bambu hijau.<br />

Begitu mereka masuk, mata semua pengemis serentak ditujukan kepada tongkat bambu itu.<br />

Boe Kie sebenarnya merasa tak enak untuk terus menunggang Soe hwee liong di hadapan<br />

begitu banyak wanita. Tapi ia tidak berani lantas turun sebab pedang Tan Yoe Liang masih<br />

terus ditudingkan ke punggung Cie Jiak. Ia heran tak kepalang karena mendapat kenyataan<br />

bahwa semua pengemis menumplek seluruh perhatian mereka kepada tongkat bambu itu yang<br />

seolah olah dipandang sebagai barang terpenting dalam dunia ini. Tongkat ini berwarna hijau<br />

biru dan mengkilap luar biasa. Di samping itu Boe Kie tak melihat keistimewaan apapun jua.<br />

Dengan sinar mata yang seperti kilat si baju kuning menyapu seluruh ruangan. Akhirnya ia<br />

mengawasi Boe Kie. “Thio Kauwcoe,” katanya, “kau bukan kanak kanak lagi. Mengapa kau<br />

masih memperlihatkan lagak bocah nakal?” Suaranya menegur tapi nadanya hangat, seperti<br />

nada seorang kakak yang bicara dengan adiknya.<br />

Muka Boe Kie lantas saja berubah menjadi merah. “Tan Tiangloo sangat licik dan<br />

mengancam… kawanku,” jawabnya. “Maka itu aku tidak bisa berbuat lain daripada<br />

menangkap pangcu mereka.”<br />

Si nona tersenyum. “Menunggang seorang pangcu agak keterlaluan,” katanya. “Dalam<br />

perjalanan dari Tiang an aku sudah mendengar bahwa kauwcoe dari Beng kauw adalah satu<br />

iblis kecil. Hari ini…ha!...ha!..,” ia menggeleng gelengkan kepalanya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1201

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!