20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tak kepalang kagetnya Coei San. Dalam dunia Kangouw terdapat kata yang seperti berikut:<br />

"Siauw lim Seng ceng, Kian Boen Tie Seng," (Pendeta suci dari Siauw lim pay yalah Kian,<br />

Boen, Tie dan Seng). Kata-kata itu adalah untuk mengunjuk keempat Hweeshio lim sie, yaitu<br />

Kong kian, Kong boen, Koug tie dan Kong seng. Belakangan ia dengar dari gurunya, bahwa<br />

Kong kian telah meninggal dunia dan tak dinyana, sekarang ia mendapat tahu, bahwa pendeta<br />

suci itu telah dibinasakan oleh kakaknya.<br />

Cia Soen telah menghela napas panjang dan paras mukanya berubah sedih. "Kong kian<br />

manusia tolol," katanya. "Ia membiarkan aku memukulnya tanpa membalas. Ia mati sesudah<br />

dipukul tigabelas kali"<br />

Coei San jadi lebih kaget lagi. Seorang yang kuat menerima tigabelas pukulan Cia Soen,<br />

harus mempunyai kepandaian yang luar biasa tinggi.<br />

Sementara itu, paras muka Cia Soen jadi semakin suram dan terdapat sinar kemenyesalan<br />

yang sangat dalam.<br />

Coei San mengerti, bahwa dibalik kebinasaan Kong kian Taysoe bersembunyi peristiwa yang<br />

sangat mendukakan. Ia yakin bahwa kebinasaan pendeta suci itu bukan kejadian yang biasa<br />

saja. Biarpun sudah delapan tahun mereka hidup bersama-sama dipulau itu sebagai saudara<br />

angkat, dalam rasa menghormat kepada kakak, dalam hati Coei San juga terdapat rasa jerih. Ia<br />

tidak berani menanya melit-melit, karena kuatir membangunkan peringatan tidak enak dari<br />

masa dahulu.<br />

"Selama hdupku, orang yang dihargai olehku hanya beberapa gelintir saja," kata pula Cia<br />

Soen dengan suara perlahan. "Orang yang seperti guru mu, yaitu Thio Cinjin, aku hanya<br />

mendengar nama dan belum pernah bertemu dengan beliau. Kong kian Taysoe sungguh<br />

seorang pendeta suci. Meskipun nama besarnya tidak begitu dikenal seperti adik adik<br />

seperguruannya, seperti Kong tie dan Kong seng, tapi menurut pendapatku, kepandaian kedua<br />

Taysoe itu tak dapat menandingi Kong kian Taysoe"<br />

Semenjak bertemu dengan Coei San, Cia Soen selalu memandang rendah kepada semua<br />

pentolan pentolan dunia. Maka itu, Coei San heran tak kepalang ketika mendengar pujian<br />

terhadap Kong kian Taysoe.<br />

"Mungkin sekali karena orang tua itu selalu hidup menyembunyikan diri didalam kelenteng,<br />

maka tak banyak orang mengenal kapandaiannya." kata Coei San.<br />

Cia Soen tidak kedengaran menjawab. Ia bengong dan kedua matanya mengawasi ketempat<br />

jauh.<br />

"Sayang!..... Sungguh sayang!....." katanya pada dari sendiri, "Manusia yang begitu luar biasa<br />

telah binasa dalam tanganku! Jika waktu itu ia membalas, aku Cia Soen tentu tak bisa hidup<br />

sampai sekarang,"<br />

"Apakah Kepandaian pendeta itu lebih tinggi daripada Toako ?" tanya Coei San.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 237

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!