20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

hiat dan terus menerjang ke Sin cu, To to, Toa toei Hong hoe dan lain-lain hiat di seluruh<br />

tubuh.<br />

Yo Siauw tahu ia sedang menghadapi bencana. Orang itu bukan saja berkepandaian tinggi<br />

tapi juga sangat licik dan beracun yang membokong pada detik Wie It Siauw, keempat Sianjin<br />

dan ia sendiri menarik pulang te<strong>naga</strong> Lweekang. Sekarang ia tak bisa berbuat lain daripada<br />

segera mengerahkan hawa dingin itu. Ia merasa hawa dingin itu berlainan dengan hawa Han<br />

peng Bian-ciang dari Wie It Siauw. Hawa itu lebih halus, tapi jalan darah yang diserang lantas<br />

saja kesemutan. Dalam keadaan waspada dan dengan te<strong>naga</strong> dalam yang melindungi dirinya,<br />

Yo Siauw takkan bisa diserang dengan totokan apapun juga. Tapi sekarang ia sudah<br />

dibokong. Melihat Leng Kiam dalam bahaya, ia segera mengambil keputusan untuk menolong<br />

dengan menahan sakit.<br />

Tapi baru saja bertindak dan menggerakkan tangan, ia sudah menggigil dan te<strong>naga</strong>nya<br />

menghilang.<br />

Waktu itu Leng Kiam sudah bertempur dua puluh jurus lebih dan ia sudah tak dapat<br />

mempertahankan diri lagi. Yo Siauw bingung. Dilain saat Leng Kiam tertendang. Musuh<br />

melompat dan menotok lengan Leng Kiam yang lantas saja jatuh terjengkang. Yo Siauw<br />

kaget bercampur gusar. Ia menganggap bahwa karena Leng Kiam bisa meladeni musuh dalam<br />

dua puluh jurus lebih. Maka kepandaian musuh itu belum tentu lebih tinggi daripada<br />

kepandaiannya. Tapi celakanya, ia sudah dibokong dan tak berdaya.<br />

Boe Kie yang berada di dalam karung sudah mendengar semua kejadian itu. Waktu Yo Siauw<br />

dan keempat Sian-jin, ia kuatir kedua belah pihak terluka berat. Ia ingin sekali menyaksikan<br />

pertandingan itu tapi dalam karung gelap gulita. Ia girang waktu Leng Kiam berhasil<br />

menghentikan pertandingan. Tak disangka datang musuh yang membokong. Ia tahu Yo Siauw<br />

masih berdiri tegak tapi mendengar gemeletukan gigi dan beratnya nafas, iapun mengerti<br />

bahwa jago itu sudah tak berte<strong>naga</strong> lagi.<br />

Untuk beberapa detik, keadaan sunyi senyap.<br />

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari dalam berlari-lari keluar.<br />

Thia! Siapa yang datang? Mengapa kau tak memperkenalkan mereka kepadaku? Itu suara<br />

seorang wanita. Jantung Boe Kie memukul keras.<br />

Adik Poet Hwie! katanya dalam hati.<br />

Pergi,pergi,Lebih jauh lebih baik, seru Yo Siauw dengan nafas tersengal-sengal.<br />

Melihat keadaan dalam ruangan itu, Poet Hwie terkejut. Thia apa kau terluka? tanyanya. Ia<br />

berpaling kepada si jubah abu-abu dan bertanya, Apa kau yang melukai ayahku?<br />

Orang itu tidak menyahut, ia hanya tertawa dingin.<br />

Poet Hwie! teriak Yo Siauw. Turutilah perintah ayah! Ayo pergi!<br />

Poet Hwie sebenarnya ingin menyerang si jubah abu-abu, tapi ia ragu dan kemudian ia<br />

mendekati dan memeluk ayahnya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 697

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!