20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sesudah berada dekat, Coei San berteriak: "Cia Cianpwee. apa kau mau makan ?"<br />

Dalam keadaan lupa ingat, Cia Soen mendengar teriakan itu dan pada paras mukanya lantas<br />

saja terlukis sinar harapan. Tapi dilain saat, ia mengenali, bahwa suara itu adalah suara Coei<br />

San dan paras mukanya lantas saja berubah menyeramkan. Selang beberapa lama, barulah ia<br />

mengangguk.<br />

Coei San segera melontarkan sepotong daging seraya berteriak: "Sambutlah !"<br />

Cia Soen bangun sambil menekan tanah dengan tangan kiri dan dengan pertolongan<br />

kupingnya yang sangat tajam, dengan tangan lainnya ia menangkap daging itu yang lalu<br />

dimakan perlahan-lahan.<br />

Melihat seorang yang begitu gagah perkasa telah menjadi lemah dalam hati Coei San lantas<br />

saja timbul perasaan kasihan. Tapi So So mempunyai pendapat lain. Ia sangat tidak mupakat<br />

dengan tindakan suaminya yang sudah memberi makanan kepada Cia Soen.<br />

"Hmm! Sesudah kuat, mungkin dia akan membinasakan kita berdua," katanya didalam hati.<br />

Tapi karena sudah bersumpah untuk menjadi orang baik maka meskipun hatinya mendongkol,<br />

ia menutup mulut.<br />

Sesudah makan sepotong daging itu. Cia Son lantas saja pulas diatas tanah. Coei San segera<br />

menyalakan sebuah perapian didekatnya untuk mengusir hawa dingin dan mengeringkan<br />

pakaian Cia Soen yang basah kuyup. Sampai lohor barulan si buta sadar.<br />

"Tempat apa ini?" tanyanya.<br />

Melihat gerakan mulutnya, Coei San dan So So, yang menungguinya, segera mencabut satu<br />

sumbatan kuping untuk mulai bicara, tapi mereka sangat berwaspada dan siap sedia untuk<br />

menyumbat kuping jika terlihat gerakan yang luar biasa.<br />

"Pulau ini adalah pulau yang tidak ada manusia." jawab Coei San.<br />

Cia Soen mengeluarkan suara dihidung. Beberapa saat kemudian, barulah ia berkata: "Katau<br />

begitu kita tak akan bisa pulang."<br />

"Hal itu lebib baik kita menyerahkan saja ke pada kebijaksanaan langit," kata pula Coei San.<br />

Mendadak Cia Soen meluap darahnya dan bagaikan kalap ia mulai mencaci langit. Sesudah<br />

kenyang memaki maki ia meraba-raba satu batu besar dan lalu duduk diatasnya. "Apa yang<br />

kamu ingin berbuat terhadapku ?" tanyanya.<br />

Coei San melirik isterinya yang segera memberi isyarat, bahwa ia menyerahkan keputusan<br />

kepada sang suami. "Sesudah memikir sejenak, pemuda itu lalu berkata dengan suara nyaring:<br />

"Cia Cianpwee, kami berdua suami isteri ..."<br />

"Hm..... " Cia Soen memotong pembicaraan orang. "Kamu sudah menjadi suami isteri?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 224

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!