20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kau tidak dapat melupakan orangmu itu perlu apa aku bicara lagi? katanya.<br />

Coe Jie mencekal tangannya Boe Kie dan berkata dengan suara lemah lembut. A goe koko,<br />

jangan kau gusar. Aku mengku bersalah. Kalau kau benar2 menikah denganku, kubisa<br />

membutakan kedua matamu dan mungkin juga, aku akan mengambil jiwamu.<br />

Boe Kie kaget. Apa kau kata? ia menegas. Sesudah kedua matamu buta, kau tak akan bisa<br />

melihat lagi romanku yang jelek katanya perlahan Kau tak akan bisa lagi memandang lagi<br />

wajah nona Cioe dari Goe Bie pay yang cantik manis. Andaikata, sesudah buta, kau masih<br />

juga belum dapat melupakan dia. Aku akan membinasakan kau dan kemudian mengambil<br />

jiwa sendiri. Ia memberi jawaban yang hebat itu dengan suara tenang2 saja, seolah2 apa yang<br />

dikatakannya adalah hal yang wajar. Waktu mendengar nona Cioe dari Goe Bie pay jantung<br />

Boe Kie memukul terlebih keras.<br />

Mendadak, baru saja Coe Jie selesai bicara di kejauhan terdengar suara seorang tua.<br />

Nona Cioe dari Goe Bie pay mempunyai hubungan apakah dengan kamu berdua?<br />

Coe Jie melompat bangun. Biat Coat Soe thay! bisiknya.<br />

Tapi, biarpun ia hanya berbisik, perkataannya sudah didengar oleh orang itu yang lantas saja<br />

menjawab. Benar, Biat Coat Soe thay Waktu orang itu berbicara pertama kali, ia masih berada<br />

jauh tapi waktu bicara kedua kali, ia sudah berada disamping gubuk.<br />

Coe Jie mengenal bahaya. Ia sebenarnya ingin kabur dengan mendukung Boe Kie, tapi sudah<br />

tidak keburu lagi.<br />

Sesaat kemudian, orang itu membentak dengan suara dingin. Keluar! Apa kamu mau<br />

bersembunyi seumur hidup?<br />

Sambil memapah dan menyekel tangan Boe Kie, Coe Jie menyingkap tirai rumput dari<br />

gubuknya dan bertindak keluar. Dalam jarak kira2 setombak dari gubuknya, berdiri seorang<br />

pendeta tua yang rambutnya putih dan ia itu memang bukan lain daripada Ciang boen jin Goe<br />

bie pay Biat coat Soethay. Dari sebelah kejauhan mendatangi dua belas orang yang kemudian<br />

berdiri berjejer di kedua samping pendeta wanita itu. Mereka itu adalah murid2 Goe bie pay<br />

empat nie kouw (pendeta wanita) empat orang wanita biasa dan empat laki2 yang berdiri di<br />

barisan belakang dan diantaranya mereka terdapat Teng Bin Koen dan Cioe Cie Jiak.<br />

Dalam kalangan Goe bie pay selama beberapa turunan, yang memegang tampuk pimpinan<br />

selalu wanita dan murid lelaki tidak pernah diberikan pelajaran ilmu silat yang paling tinggi,<br />

sehingga oleh karenanya, kedudukan murid lelaki lebih rendah daripada murid wanita.<br />

Dengan sorot mata dingin, tanpa mengeluarkan sepatah kata, Biat Coat Soethay mengawasi<br />

Coe Jie.<br />

Mengingat kebinasaan Kie Siauw Hoe, Boe Kie sangat berkuatir. Sambil menyandarkan diri<br />

di punggung Coe Jie, diam2 dia mengambil keputusan, bahwa jika si pendeta wanita<br />

menyerang, mestipun mesti binasa, ia akan mengadu jiwa.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 635

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!