20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sungguh kalau pembicaraan didengar olehnya.” Dengan paras muka kemerah2an, ia naik<br />

kegeladak kapal dengan tindakan lebar.<br />

Siauw Ciauw menghampiri Boe Kie dan berkata, “Tio Kongcoe, tadi kulihat Kim hoa popo<br />

dan nona muka jelek itu masing2 menggendong selembar karung besar. Apa maksud<br />

mereka?”<br />

Sehabis bersenda gurau dengan Tio Beng, Boe Kie merasa jengah dan untuk sejenak, ia tidak<br />

bisa bicara. “Apakah mereka menuju kesebuah gubuh diatas gunung yg terletak disebelah<br />

utara pulau ini?” tanyanya kemudian.<br />

“Benar,” jawab Siauw Ciauw. “Sambil berjalan mereka bertengkar dan didengear dari<br />

suaranya Kim hoa popo sedang bergusar.”<br />

Boe Kie mengangguk. “Biarlah sebentar kita berdamai,” katanya. “Sebaiknya kita<br />

menyelidiki maksud mereka.” Sehabis berkata begitu, ia segera naik keatas dan pergi ke<br />

buritan kapal. Jauh2 ia melihat Tio Beng yg sedang berdiri termenung di kepala kapal. Ia<br />

mengawasi si nona dengan pikiran bergelombang seperti turun naiknya ombak yg memukul<br />

badan kapal. Lama ia berdiri disitu. Sesudah sang surya menyelam kebarat dan pulau Leng<br />

Coa to diliputi kegelapan, barulah ia turun kebawah.<br />

Sesudah makan malam, Boe Kie berkata kepada Tio Beng dan Siauw Ciauw. “Aku ingin<br />

menengok Gie hoe. Kalian tunggu saja dikapal.”<br />

“Jangan pergi sekarang,” kata Tio Beng. “Tunggu sejam lagi.”<br />

Boe Kie menganggukkan kepala. Karena memikiri ayah angkatnya ia merasa jalannya sang<br />

waktu lambat sekali. Sesudah berselang kurang lebih satu jam ia berbangkit dan sambil<br />

tersenyum ia menghampiri pintu.<br />

“Tunggu!” kata Tio Beng sambil membuka tali Ie Thian kiam dari pinggangnya.<br />

“Tio Kongcoe, bawalah pedang ini unutk menjaga diri.”<br />

Boe Kie terkejut. “Kau lebih memerlukan senjata itu untuk menjaga diri,” katanya.<br />

“Tidak! Aku sangat berkuatir akan kepergianmu ini.”<br />

“Mengapa berkuatir?”<br />

“Entahlah. Kim hoa popo sukar ditebak maksudnya. Tan Yoe Liang banyak tipu muslihat.<br />

Disamping itu ayah angkatmu jg belum tentu percaya, bahwa kau ada si anak Boe Kie. Hai!...<br />

pulau ini dinamakan Leng coa (ular sakti). Mungkin sekali di pulau ini terdapat mahluk<br />

beracun yg sangat lihai. Apapula..” ia tidak meneruskan perkataannya.<br />

“Apapula apa?”<br />

Tio beng tidak menjawab. Sambil tertawa dengan muka bersemu dadu, ia mengangkat sebelah<br />

tangannya kemulut sendiri yg dibuka seperti orang mau menggigit. Bie Kie tahu, bahwa yg<br />

dimaksud nona Tio adalah In Lee saudari sepupunya. Ia tersenyum dan lalu berjalan pergi.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1042

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!