20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dengan mengawasi Siauw Ciauw, Boe Kie berkata, Mengapa kau menikam aku. Ia tidak bisa<br />

meneruskan perkataannya, napasnya tersengal sengal dan seraya membungkuk ia batuk-batuk.<br />

Matanya berkunang-kunang, kepalanya pusing, sehingga ia tak dapat membedakan Siauw<br />

Ciauw dari Cie Jiak. Darah mengucur terus dan pakaian si nona turut basah.<br />

Sesaat kemudian, sesudah teriakan mereda, lapangan yang penuh manusia itu berubah sunyi<br />

senyap. Tak seorangpun baik anggota 6 partai, maupun anggota Beng kauw atau Peh bie<br />

kauw mengeluarkan sepatah katapun. Apa yang tadi dilakukan oleh pemuda itu kelihayannya<br />

dalam menjatuhkan sejumlah tokoh ternama dan cara caranya yang mengunjuk perasaan<br />

kemanusiaan sudah membangkitkan rasa kagum dan hormat dalam hatinya semua orang.<br />

Maka itu, baik kawan maupun lawan berduka atas kejadian itu. Di dalam hati, mereka<br />

mengharapkan keselamatannya.<br />

Dengan dipeluk Siauw Ciauw, perlahan-lahan Boe Kie duduk di tanah. Siapa yang punya obat<br />

luka yang paling manjur? seru si nona.<br />

Kong seng segera mendekati dan mengeluarkan sebungkus obat bubuk dari sakunya. Giok<br />

leng san kami sangat mutajab, katanya seraya membuka baju Boe Kie. Luka itu beberapa dim<br />

dalamnya. Ia segera memborehi bubuk obat di lubang luka, tapi sebab darah mengucur, obat<br />

itu tidak bisa menempel dan turun ke bawah tersiram darah. Kong seng jadi bingung. Hai!<br />

Bagaimana baiknya?... bagaimana baiknya? katanya.<br />

Yang paling bingung adalah suami isteri Ho Thay Ciong. Mereka menganggap bahwa mereka<br />

telah menelan ulat sutera emas. Kalau pemuda itu mati, jiwanya pun takkan tertolong. Dengan<br />

hati berdebar-debar Ho Ciong boen berjongkok di samping Boe Kie dan bertanya, Bagaimana<br />

mengobati orang kena Kiam cam Kouw tok bagaimana? Hayo, lekas terangkan!<br />

Pergi! bentak Siauw Ciauw sambil menangis. Kalau Thio Kongcoe mati, kita mampus<br />

bersama-sama!<br />

Di waktu biasa, mana mau Ho Thay Ciong dibentak-bentak oleh seorang wanita macam<br />

Siauw Ciauw. Tapi keadaan kini bukan keadaan biasa. Tanpa memperdulikan si nona, ia<br />

bertanya lagi. Bagaimana mengobati Kiam cam Kouw tok? Hayo! Bagaimana?<br />

Kong seng meluap darahnya, Thie-khim Sian seng! bentaknya, Jika kau tak minggir, loolap<br />

takkan berlaku sungkan2 lagi terhadapmu.<br />

Tiba-tiba Boe Kie membuka matanya dan mengawasi semua orang yang berdiri di sekitarnya.<br />

Kemudian, ia mengangkat tangan kirinya dan menotok tujuh delapan hiat di seputar luka.<br />

Sesaat kemudian, mengalirnya darah jadi terlebih perlahan, Kong-seng girang. Buru-buru<br />

pendeta suci itu memborehi Giok leng san di dada yang terluka. Siauw Ciauw segera merobek<br />

tangan bajunya yang lalu digunakan untuk membalut luka. Muka Boe Kie pucat seperti kertas.<br />

Ia terlalu banyak mengeluarkan darah.<br />

Per-lahan2 otak Boe Kie menjadi terang lagi. Ia segera mengerahkan te<strong>naga</strong> dalam dan lantas<br />

saja merasa bahwa hawa tak bisa jalan di dada sebelah kanan. Dalam keadaan setengah mati,<br />

tekadnya tetap tak berubah. Sebegitu lama masih bernapas, aku takkan mengizinkan enam<br />

partai membasmi semua anggota Beng-kauw, katanya di dalam hati. Sambil meramkan kedua<br />

matanya, mengerahkan Cin-khie yang lalu dialirkan beberapa kali di seputar dada bagian kiri.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 803

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!