20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie terharu. Sambil memegang tangan si nona, ia berkata dengan suara lemah lembut.<br />

“Siauw Ciauw, aku tidak mau mendustai kau. Aku telah meluluskan permintaan Tio Kouwnio<br />

untuk mengawani dia dalam menyeberangi lautan. Kau tahu, pelayaran penuh bahaya. Tapi<br />

aku mesti pergi juga. Aku sungguh tak mau kau turut menghadapi bahaya.<br />

Paras muka Siauw Ciauw bersemu merah. “Kalau kau pergi bersama2 Tio Beng, lebih-lebih<br />

aku mesti mengikut, katanya. Sesudah berkata begitu, ia kelihatan kemalu-maluan dan air<br />

mata berlinang-linang di kedua matanya.<br />

“Mengapa kau lebih2 mau mengikut?<br />

“Karena Tio Kouwnio seorang yang hatinya beracun. Kita tidak bisa menaksir apa yang akan<br />

diperbuatnya terhadapmu. Dengan berada bersama-sama, aku bisa turut mengamat-amati<br />

keselamatanmu.<br />

Tiba-tiba jantung Boe Kie melonjak. “Ah! Apa Siauw Ciauw jatuh cinta kepadaku? tanyanya<br />

di dalam hati. Sesudah memikir beberapa saat, ia berkata sambil tertawa. “Baiklah, kau boleh<br />

ikut. Tapi kau tak boleh menyesal.<br />

Tak kepalang girangnya si nona. “Kalau aku menyusahi kau dengan pernyataan menyesal,<br />

kau boleh melemparkan diriku ke lautan supaya aku dimakan ikan besar, katanya sambil<br />

tersenyum.<br />

Boe Kie tertawa nyaring. “Bagaimana kau tega berpisahan dengan kau? katanya.<br />

Persahabatan antara Boe Kie dan Siauw Ciauw sudah berjalan lama. Di dalam perjalanan,<br />

kalau rumah penginapan kekurangan kamar, kadang-kadang mereka terpaksa tidur dalam satu<br />

kamar. Tapi belum pernah mereka berbicara atau melakukan sesuatu yang melampaui batas2<br />

kepantasan. Siauw Ciauw selalu menempatkan dirinya sebagai pelayan, sedang Boe Kie yang<br />

bersikap sebagai seorang kakak, belum pernah mengeluarkan perkataan yang tidak pantas.<br />

Sekarang, begitu perkataan “bagaimana aku tega berpisahan dengan kau keluar dari mulutnya,<br />

begitu ia merasa bahwa ia telah kesalahan omong. Mukanya berubah merah dan buru-buru ia<br />

memalingkan muka ke jurusan lain.<br />

Siauw Ciauw menghela napas.<br />

“Mengapa kau menghela napas? tanya Boe Kie.<br />

“Ada banyak orang yang tak tega kau berpisahan. Cioe Kouwnio dari Go bie pay. Tio<br />

Kouwnio dari gedung Jie lam ong dan di hari kemudian, entah masih ada berapa banyak<br />

orang lagi. Di dalam hatimu, mana bisa jadi kau memikiri seorang pelayan kecil seperti aku?<br />

“Siauw Ciauw, kau selalu berlaku sangat baik terhadapku. Apa aku kira aku tak tahu? Apakah<br />

aku seorang manusia yang tak ingat budinya orang? Waktu bicara begitu, suara Boe Kie<br />

mengunjuk, bahwa ia berbicara dari lubuk hatinya yang putih bersih.<br />

Si nona malu bercampur girang. Sambil menundukkan kepala, ia berkata dengan suara<br />

perlahan. “Aku belum pernah melakukan sesuatu yang berharga untukmu. Asal saja kau<br />

mempermisikan aku untuk melayani selama-lamanya, asal aku bisa menjadi pelayanmu<br />

seterusnya, hatiku sudah merasa puas. Kongcoe, semalam suntuk kau tak tidur. Kau tentu<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!