20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

gadis itu kelihatan kaget dan sejenak kemudian, ia tertawa cekikikan. Aduh! Kiauw Hok<br />

mengapa kau mempermainkan bocah tolol itu? katanya.<br />

Kiauw Hok turut tertawa geli. Siauw Hong Ciecie katanya apa salahnya jika bocah tolol itu<br />

berlutut dihadapanmu? Dia belum pernah melihat luasnya dunia dan meihat kau, dia menduga<br />

kau adalah siocia.<br />

Boe Kie bersikap buru2 ia bangun berdiri. Celaka! Seorang budak dianggapnya seorang<br />

majikan! Sungguh hebat rasa malunya, mukanya sebentar merah, sebentar pucat.<br />

Sambil menahan tawanya Siauw Hong mengawasi Boe Kie, dari kepala sampai di kaki. Noda<br />

darah di muka dan di badan si bocah masih belum hilang. Disana sini masih terdapat perban<br />

pada luka yang belum sembuh. Muka Boe Kie sebentar pucat sebentar merah, kalau bisa<br />

siang2 ia sudah selulup di tanah.<br />

Looya dan Tai tai ada urusan, kau tak usah menemui beliau kata Siauw Hong <strong>Mar</strong>i menemui<br />

Siocia saja. Sehabis berkata begitu, ia memutar badan dan berjalan dulu cepat cepat, seperti<br />

juga ia takut terkena tuma dari baju si bocah.<br />

Boe Kie mengikuti di belakang Siauw Hong dan Kiauw Hok, bujang2 perempuan dan lelaki<br />

yang ditemui mereka semua berpakaian mewah, sedang ruangan2 yang dilewati semua indah<br />

dengan perabotan lengkap. Semenjak dilahirkan sampai berusia sepuluh tahun Boe Kie<br />

berdiam di pulau Peng Hwee To dan sesudah itu beberapa tahun ia berdiam di Boe Tong San<br />

dan beberapa tahun lagi di Ouw Tiap Kok. Selama belasan tahun, ia selalu hidup sederhana<br />

dan ia tak pernah mimpi, bahwa di dalam dunia terdapat kemewahan yang begitu rupa.<br />

Sesudah berjalan beberapa lama, mereka tiba di depan sebuah toa tia(ruangan besar)yang<br />

diatasnya tergantung selembar pian dengan tulisan Han Kong Kie (rumah anjing).<br />

Siauw Hong masuk dan beberapa saat kemudian, ia keluar dan menanggapi, Kiauw Hok<br />

segera mengajak Boe Kie masuk ke dalam.<br />

Begitu masuk si bocah terkesiap, karena dalam ruangan itu terdapat kurang lebih tiga puluh<br />

ekor anjing yang bertubuh besar dan galak kelihatannya. Semua mendekam di lantai dalam<br />

tiga baris. Di atas sebuah kursi yang dialaskan kulit harimau berduduk seorang wanita muda<br />

yang mengenakan baju bulu2 rase putih dan memegang pecut.<br />

Tenggorokan! tiba2 nona itu membentak.<br />

Hampir berbarengan, seekor anjing melompat dan menyambar ke arah leher seorang yang<br />

berdiri di pinggir tembok.<br />

Celaka!.... Boe Kie mengeluarkan teriakan tertahan.<br />

Dilain saat, ia melihat anjing itu sudah menggigit sepotong daging yang lalu dimakannya<br />

sambil mendekam. Sekarang ia baru tahu, bahwa manusia yang barusan disambar hanyalah<br />

orang-orangan yang terbuat dari kulit dan pada bagian2 badannya yang berbahaya dicantelkan<br />

potongan2 daging.<br />

kepungan! bentak pula si nona.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 536

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!