20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tapi sakit hati ku terhadap Yo Siauw dalam bagaikan lautan. Aku mesti bunuh padanya. Kau<br />

minggirlah!"<br />

Boe Kie menggelengkan kepalanya. "Sebegitu lama aku masih bernyawa, aku akan cegah<br />

pembunuhan terhadap anggota Beng Kauw yg manapun jua," katanya dengan suara tetap.<br />

"Kalau begitu, aku terpaksa <strong>membunuh</strong> kau" kata In Lie Heng dengan mata beringas.<br />

Boe Kie muntah darah lagi. Matanya berkunang dan ia berada dalam keadaan separuh ingat,<br />

separuh lupa, "In Liok siok!" katanya denga suara parau. "Kau turun tanganlah."<br />

In Lie Heng terkesiap. Suara itu, suara memanggil "In Liok siok," agaknya mungkin tidak<br />

asing lagi didengar dikupingnya. Mendadak ia ingat. "Boe Kie!" katanya didalam hati.<br />

"Diwaktu kecil, Boe Kie sering memanggil "In Liok siok" dengan nada suara seperti itu. Apa<br />

pemuda ini Boe Kie..." Ia mengawasi muka yang pucat pasi itu. Makin diawasi, muka itu<br />

makin mneyerupai muka Boe Kie. Sudah delapan tahun mereka berpisah. Dari seorang bocah<br />

cilik, Boe Kie sudah berubah menjadi seorang dewasa. Tubuhnya sudah berubah, mukanya<br />

pun sudah banyak berubah. Tapi dalam semua perubahan itu, masih banyak terbayang muka<br />

Boe Kie si bocah cilik yg menderita hebat karena pukulan Hiang Beng Sin Ciang.<br />

Sesaat kemudian, In Lie Heng membuka mulutn, suaranya gemetar. "Apa .... Apa kau Boe<br />

Kie?"<br />

Boe Kie merasa te<strong>naga</strong>nya habis semua. Matanya labur, kepalanya pusing dan ia merasa<br />

bahwa ia sudah berada dekat dengan liang kubur. Ia sekarang tak pelu menyembunyikan lagi<br />

dirinya. Bibirnya bergerak dan ia berbisik, "In Liok siok.... Titijie sering ingat kau...."<br />

Mata In Liok hiap berkunang kunang. Perkataan seolah olah halilintar ditengah hari bolong.<br />

Kaget, heran, kagum, gegetun.... Semua tercampur menjadi satu. Ia seorang yg berperasaan<br />

sangat halus. Air matanya lantas saja mengucur deras. Ia melontarkan pedangnya menubruk,<br />

memeluk dan mendukung Boe Kie. Kata dia dengan suara serak "Boe... Kie!... Putra tunggal<br />

dari Ngo ko..."<br />

Song Wan Kiauw, Jie Lian Cioe, Thio Siong Kee dan Boh Seng Kok memburu dan berdiri<br />

diseputar In Lie Hong. Kekagetan dan kegirangan mereka sukar dilukiskan.<br />

Orang2 Beng Kauw tak kurang girangnya, mimpipun mereka tak pernah mimpi, bahwa<br />

pemuda yang coba menolong mereka dengan mempertaruhkan jiwa sendiri, bukan lain<br />

daripada putranya Boe Tong Ngo Hiap Thio Cioe San.<br />

Melihat keponakannya pingsan buru2 In Lie Heng mengeluarkan Thian ong Hoe Sim tan dan<br />

memasukannya kedalam mulut Boe Kie. Sesudah menyerahkan pemuda itu kepada Jie Lian<br />

Cioe, ia segera memungut pedangnya dan menghampiri Yo Siauw.<br />

Seraya menuding musuh besar itu, ia berteriak, "Binatang Yo Siauw! Aku... aku..." Ia tidak<br />

dapat meneruskan perkataannya dan lalu mengangkat pedang.<br />

Kong Beng Soe cia itu yg badannya masih belum bergerak, lantas saja meramkan kedua<br />

matanya dan menunggu kebinasaan seraya bersenyum.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 809

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!