20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sesudah melampiaskan kegusarannya, Coe Tiang Leng lalu mendukung Boe Kie yang dibawa<br />

ke kamarnya sendiri. Tak lama kemudian Coe Hujin (nyonya Coe) dan Kioe Tin datang<br />

menengok dengan membawa semangkok obat.<br />

Sebagai akibat gigitan anjing karena mengeluarkan terlalu banyak darah. Biarpun lukanya<br />

sudah sembuh, badan Boe Kie sebenarnya masih sangat lemah. Maka itu, luka-luka hebat<br />

yang dideritanya sekarang sudah membuat ia pingsan berulang-ulang dan selama beberapa<br />

hari ia berada dalam keadaan pingsan. Berkat rawatan yang teliti, akhirnya ia tersadar. Begitu<br />

lekas sebagian te<strong>naga</strong>nya pulih, ia sendiri segera menulis surat obat dan menyerahkannya<br />

pada pelayan dan meminta supaya ia diberi obat menurut resep itu. Obat itu ternyata sangat<br />

mujarab dan kesehatannya kembali denga cepat sekali. Melihat kepandaian si bocah dalam<br />

ilmu pengobatan, penghargaan Coe Tiang Leng jadi lebih besar.<br />

Sementara itu, Coe Kioe Tin kelihatannya sudah sadar akan kesalahannya dan untuk menebus<br />

dosa ia merawat Boe Kie seperti kakak merawat adik kandung sendiri. Selama dua puluh hari<br />

lebih, seringkali ia menemani si bocah di samping pembaringan sambil bercakap-cakap,<br />

meniup seruling, atau menyanyi.<br />

Sesudah Boe Kie bisa berjalan, pergaulannya dengan si nona jadi makin akrab.<br />

Jilid 30____________<br />

Menurut peraturan keluarga Coe, pagi2 belajar silat, sore belajar surat. Ilmu silat keluarga<br />

tersebut mempunyai sangkut paut yang sangan erat denga Soe hoat (seni menulis surat indah).<br />

Mungkin tinggal seorang memiliki Soe Hoat, makin tinggi pula ilmu silatnya.<br />

Untuk mempelajari ilmu surat, Coe Kioe Tin mempunyai sebuat kamar tulis yang kecil,<br />

dengan hiasan idah. Ditembok sebelah timur tergantung selembar tulisan sajak, buah kalam<br />

penyair Touw Bok, sedang tembok sebelah utara diantara dua lukisan san soei (pemandangan<br />

alam) terdapat tulisan Si Hie tiap, karya Hway-so Hweeshio.<br />

Setiap kali berlatih menulis huruf2 indah Kiao Tin selalu mengajak Boe Kie dan memberi<br />

petunjuk2. Dengan duduk berhadapan mereka belajar bersama sama. Kalau cape mereka<br />

berhenti menulis dan beromong omong sambil tertawa tawa.<br />

Dalama latihan ilmu silatpun; keluarga Coe memperlakukan bocah itu sebagai seorang<br />

anggota keluarga. Coe Tiang Leng memperbolehkan Boe Kie turut serta dalam ruangan<br />

latihan dan tempo2 menyuruh anak itu berlatih bersama sama putrinya. Ilmu silat keluarga<br />

Coe dan silat yg dikenal Boe Kie agak berbeda. Akan tetapi, pada hakekatnya ilmu silat<br />

diseluruh dunia bersuber satu, maka sesudah memperhatikan beberapa kali, Boe Kie dapat<br />

mengikuti latihan tanpa banyak kesukaran. Toang Leng dan putrinya tidak berlaku pelit<br />

mereka mengajar si bocah dengan sungguh hati.<br />

Semenjak meninggalkan pulau Peng Hwee To, Boe Kie selalu hidup dalam penderitaan. Baru<br />

sekarang ia dapat mencicipi penghidupan tenteram yang bahagia.<br />

Tanpa merasa satu bulan setengah sudah lewat. Hati iut pada pertengahan Jie-gwee selagi<br />

Kioe Tin dan Boe Kie berlatih menulis huruf 2 indah tiba2 Siauw Hong masuk seraya berkata.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 557

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!