20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Boe Kie sangat berduka. "Tanpa memperdulikan segala apa Beng-moay telah mengikuti aku,“<br />

katanya. "Dalam mengikuti aku ia telah merasakan banyak penderitaan. Mana bisa aku<br />

menyia-nyiakan dia?“ Ia berpaling pada Yo Siauw dan berkata pula, "Yo-heng segala urusan<br />

aku serahkan kepadamu. Aku mau meninggalkan kalian untuk sementara waktu.“<br />

Sesudah meminta diri dari Kong Boen dan lain-lain ia berkata kepada Cie Jiak. "Cie Jiak,<br />

baik-baik menjaga diri. Di hari kemudian kita akan bertemu pula." Si nona tak menjawab. Ia<br />

menunduk dan manggut-maaggutkan kepalanya, sedang air matanya jatuh menetes di tanah.<br />

Dengan ilmu mengentengkan tubuh Boe Kie turun gunung, Disepanjang jalan ia melewati<br />

para enghiong yang mau pulang.<br />

Diantara mereka tak terdapat Tio beng. Sesudah mengejar tiga puluh li lebih, siang mulai<br />

berganti malam dan jalan mulai sepi. Tiba-tiba ia berkata pada dirinya sendiri, "Beng-moay<br />

seorang cerdik. Tak mungkin ia mengambil jalan besar. Apabila ia menggunakan jalanan ini,<br />

aku tentu sudah menyandak. Apa dia masih bersembunyi di gunung?"<br />

Memikir begitu ia segera kembali ke atas dan lari berputar-putar, dengan kadang-kadang naik<br />

ke pohon tinggi. Tapi yang terlihat hanyalah gunung, lorong dan kawanan gagak yang pulang<br />

ke sarang.<br />

Ia pergi ke belakang gunung, tapi yang dicari tetap tak kelihatan bayangannya. "Beng-moay,"<br />

katanya didalam hati, "biarpun aku harus mengitari bumi dan menjelajahi samudera, aku akan<br />

mencari kau.” Sesudah mengambil keputusan begitu, hatinya jadi lebih tenang. Ia memanjat<br />

pohon dan merebahkan diri di salah satu cabang yang melintang. Sesudah bercapai lelah<br />

sehari suntuk, tak lama kemudian ia tertidur.<br />

Kira-kira tengah malam kupingnya yang tajam tiba-tiba menangkap suara tindakan yang<br />

sangat enteng. Ia lantas saja tersadar dan membuka matanya. Bulan sisir sudah menyondong<br />

ke barat dan memancarkan sinarnya yang remang-remang. Ia lihat seorang yang sedang<br />

berjalan ditanjakan ke jurusan selatan. Dilihat pakaiannya, dia seorang wanita yang bertubuh<br />

kurus kecil dan langsing. Boe Kie girang, hampir-hampir ia berteriak, "Beng moay!" Tapi<br />

belum memanggil ia sudah lihat perbedaan antara wanita itu dan Tio beng. Dia bertubuh lebih<br />

jangkung dari nona Tio dan ilmu pengenteng badannya juga berbeda. Boe Kie heran dan<br />

menanya diri sendiri. "Siapa dia? Perlu apa ia malam-malam jalan sendirian?" Sebenarnya ia<br />

tak ingin mencampuri urusan orang lain. Tapi dilain saat ia ingat bahwa mungkin sekali dari<br />

wanita itu ia bisa mencari keterangan mengenai nona Tio.<br />

"Apabila ia ternyata tidak mempunyai sangkut paut dengan Beng moay, akupun bisa<br />

menyingkir tanpa diketahui,” pikirnya. Memikir begitu ia segera turun dari pohon. Dengan<br />

hati-hati ia menguntit dari jauh.<br />

Memang kurang pantas menguntit wanita yang tidak dikenal ditengah malam buta. Ia menjaga<br />

jangan sampai diketahui. Wanita itu yang mengenakan baju hitam ternyata menuju kearah<br />

Siauw lim sie.<br />

"Apa maunya dia?" tanya Boe Kie didalam hati. "Aku telah diangkat sebagai Boe lim<br />

Bengcoe.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1437

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!