20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hampir berbareng dengan tikamana yg tepat itu, In Thian Ceng mengulur tangan kanannya<br />

entah bagaimana tangan itu mulur setengah kaki dan menyapu pergelangan Boh Seng Kok!<br />

Sambaran kilat itu berhasil merampas pedang Boh Cit hiap! Lebih celaka lagi, tangan kanan si<br />

kakek sudah menempel di Kian tin hiat, di pundak Boh Seng Kok.<br />

Eng Jiauw Kim na chioe (cengkeraman ceker burung elang) dari Peh bie Eng ong adalah<br />

suatu ilmu yang sangan tersohor dalam rimba persilatan. Pada jaman itu, tidak ada manusia yg<br />

dapat menandinginya.<br />

Sekali ia mencengkram dengan menggunakan Lweekang, tulang pundak Boh Cit hiap akan<br />

hancur seumur hidup dan ia akan menjadi seorang yg bercacad.<br />

Para pendekar Boe tong kaget tak kepalang. Tapi baru saja ia melompat niat untuk memberi<br />

pertolongan si kakek menghela napas dan berkata dengan suara duka:<br />

Satu saja sudah lebih daripada cukup , perlu apa terulang lagi? Ia melepaskan<br />

cengkeramannya dan tangan kanannya menarik pedang yg dirampas. Begitu pedang tercabut,<br />

darah mengucur dari lengan kirinya.<br />

Seraya mengawasi pedang itu, ia berkata pula. Selama puluhan tahun, loohoe belum pernah<br />

dikalahkan, Thio Sam Hong. Kau benar2 lihai?<br />

Boh Seng Kok berdiri terpaku dan mengawasi dengan mulut ternganga. Lewat beberapa saat,<br />

barulah ia bisa membuka mulut. Terima kasih atas budi loocian pwee yang sudah menaruh<br />

belas kasihan.<br />

Tanpa menjawab In Thian Ceng mengangsurkan pedang yang telah dirampasnya. Tapi Beh<br />

Cit hiap merasa malu dan segera mengundurkan diri tanpa menerima senjatanya.<br />

Boe Kie segera merobek tangan bajunya, tapi baru saja ia mau maju untuk membalut luka<br />

kakek luarnya, dari barisan Boe teng sudah keluar seorang pria yg jenggotnya, yang berwarna<br />

hitam, melambai sampai di dada dan mengenakan pakaian imam. Orang itu bukan lain dari<br />

pada Seng Wan Kiauw. Kepala Boe tong Cit hiap. Permisikanlah aku membalut luka<br />

Loocianpwee. Katanya dengan suara manis. Tanpa menunggu jawaban, ia mengeluarkan obat,<br />

melaburnya diluka sikakek dan membalutnya dengan sapu tangan.<br />

Melihat keangkeran dan keagungan Song Wan Kiauw, orang2 He Bie Kauw, maupun Beng<br />

Kauw, tidak merasa curiga Terima kasih, kata In thian Ceng.<br />

Boe Kie girang. Mungkin karena merasa berterima kasih, Song Soepeh sudah membalut luka<br />

Gwa kong, pikirnya. Biarlah permusuhan bisa habis sampai disini.<br />

Tapi diluar dugaan, sesudah selesai membalut, Song Wan Kiauw mundur setindak dan<br />

berkata seraya mengibas tangannya. Aku yang rendah ingin minta pengajaran dari<br />

Loocianpwee!<br />

Boe Kie terkesiap. Tanpa merasa, ia berteriak. Tidak adil! Melawan seorang tua dengan<br />

bergiliran adalah perbuatan tak adil!<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 741

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!