20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sebelum ia mengambil keputusan, tiba2 satu bayangan kuning berkelebat, disusul dengan<br />

bentakan. "Kau bukan saja membawa senjata, tapi juga sudah melakukan orang. Semenjak<br />

dulu, belum pernah ada manusia yang berani berbuat begitu." Hampir berbareng, lima jeriji<br />

menyambar sarung pedang Kwee Siang.<br />

Jika dia tidak diserang, sesudah memikir masak-masak, mungkin sekali si nona akan<br />

menyerahkan senjatanya. Harus diketahui, bahwa sifat gadis itu berbeda dengan Kwee Hoe,<br />

kakaknya. Walaupun gagah, ia tidak sembrono. Melihat keadaan yang merugikan dirinya, ia<br />

bisa menahan sabar untuk kembali lagi dikemudian hari dengan membawa, bala-bantuan.<br />

Tapi usaha si pendeta untuk merebut pedangnya, sudah meniadakan segala mungkinan<br />

perdamaian. Mana bisa ia menyerahkan senjatanya dengan begitu saja?<br />

Ilmu Kin na Chioe hoat (ilmu menangkap menyengkeram) pendeta itu memang sangat lihay.<br />

Sekali menjambret, ia berhasil menyengkeram sarung pedang. Dalam keadaan terdesak, Kwee<br />

Siang mencekal gagang pedang dan membetotnya. "Sret!", pedang tercabut dan mengeluarkan<br />

sinar menyilau, kan mata.<br />

Hampir berbareng si pendeta berteriak, karena lima jarinya terpapas putus. Dalam kesakitan,<br />

ia menotok muka si nona dengan sarung pedang yang dicekal dalam tangan kanannya. Kwee<br />

Siang memapaki dan "trang!", sarung pedang itu jadi dua potong. Pendeta itu tidak bisa<br />

menyerang lagi dan dengan paras muka pucat ia lalu melompat mundur. Kawan2nya jadi<br />

gusar bukan main, dengan serentak mereka memutar toya dan maju mengepung.<br />

"Ah, hari ini aku pasti tak bisa meloloskan diri tanpa melukakan banyak orang," kata Kwee<br />

Siang dalam hatinya. Sambil mencekal pedangnya erat2, ia segera menerjang dengan Lok-eng<br />

Kiam-hoat.<br />

Lok-eng Kiam-hoat yang digubah Oey Yok Soe dari ilmu pukulan Lok-eng Cianghwat,<br />

merupakan salah satu kepandaian istimewa dari pulau Tho hoa dan tidak kalah lihapnya dari<br />

pada Giok siauw Kiam hoat. Begitu menerjang, pedang si nona menyambar2 bagaikan kilat<br />

dan dalam sekejap dua orang pendeta sudah terluka. Akan tetapi, ia berada diatas angin hanya<br />

untuk sementara waktu dan tidak lama kemudian, keadaannya mulai terjepit, karena semakin<br />

lama jumlah pengepung jadi semakin besar.<br />

Sesudah bertempur beberapa puluh jurus, Kwee Siang hanya bisa membela diri, tanpa mampu<br />

menyerang pula. Sebenarnya dalam keadaannya yang terdesak, seperti itu para pendeta<br />

sebenarnya bisa segera merobohkannya. Akan tetapi, sebab Siauw lim sie mengutamakan<br />

belas kasihan, mereka merasa tak tega untuk melakukannya. Tujuhan mereka hanyalah untuk<br />

merebut senjata sinona dan kemudian mengusirnya dari sit san.<br />

Tapi merebut pedang bukan pekerjaan mudah dan sesudah lewat lagi puluhan jurus, Kwee<br />

Siang masih dapat mempertahankan senjatanya. Semakin lama para pendeta itu jadi semakin<br />

heran. Mereka merasa pasti, bahwa gadis kecil ita adalah puteri atau murid seorang ahli silat<br />

kenamaan dan oleh karena nya, mereka lebih2 tidak berani melukakan nya, sebab hal itu bisa<br />

berbuntut panjang.<br />

Maka itu, sambil mengepung, salah seorang buru2 pergi kekuil dan melaporkan kepada Boe<br />

sek Siansoe, pemimpin Loo han tong.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 11

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!