20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kong boen menggoyang-goyangkan tangannya. “Golok itu telah menemukan majikannya,”<br />

katanya. “Dari berlaksa tentara, Thio Kauwcoe telah merebut kembali To liong to. Hal ini<br />

disaksikan oleh semua orang. Belakangan Gouw Toako menyambungnya kembali dengan<br />

mengucurkan darah sendiri. Disamping itu, segenap anggota Rimba Persilatan telah<br />

mengangkat Thio Kauwcoe sebagai Boe lim Beng coe, baik dilihat dari sudut kepandaian dan<br />

kebijaksanaan, maupun dari sudut kebajikan dan kedudukan yang tinggi, To liong to harus<br />

berada dalam tangan Thio Kauwcoe. Menurut pendapat loolap hal ini adalah yang paling<br />

adil.”<br />

Semua orang menyetujui pendapat Kong boen dan beramai-ramai mendesak supaya Boe Kie<br />

sudi menerimanya.<br />

Karena tidak bisa menolak lagi, mau tak mau Boe Kie lalu menggantungkan To liong to<br />

dipinggangnya. “Apabila dengan golok ini aku bisa menguasai enghiong Timba Persilatan<br />

untuk mengusir Tat coe, aku akan merasa girang sekali,” pikirnya.<br />

Semua orang merasa girang. Banayk yang lalu menghafal kata-kata yang dikenal sejak seratus<br />

tahun yang lalu. “Boe lim cie coen, po to to liong, hauw leng, thiat hoe, boh kam poet ciong!”<br />

atau Yang mulia dalam Rimba Persilatan adalah golok mustika To liong. Memerintah di<br />

kolong langit, tak ada yang berani tidak menurut. Disebelah bawah masih ada perkataan, “le<br />

jian poet coet, swee ie kiam ceng hiong?” apabila Ie thian kiam tidak keluar, siapakah yang<br />

berani mengadu ketajaman dengan dengannya? Melihat Ie thian kiam sudah tidak dapat<br />

disambung lagi, orang-orang yang menghafal tidak menyebutkan lagi delapan perkataan yang<br />

terakhir itu. Pihak yang merasa paling puas karena rusaknya Ie thian kiam adalah anggotaanggota<br />

Swie kim kie, sebagaimana diketahui banyak orang, bendera itu telah dibinasakan<br />

dengan pedang menggunakan pedang mustika tersebut.<br />

Sesudah penyambungan golok selesai, sejumlah anggota Ang soe kie menggotong keluar<br />

sebuah kuali besar dari dalam kuil dan sesudah mengisi minyak dalam kuali itu segera<br />

menarihnya di atas dapur. Minyak panas itu akan digunakan untuk menyemprot tentara<br />

Mongol jika mereka menyerang pula.<br />

Sore itu, kecuali tentara Ngo beng kie dan sejumlah pendeta Siauw lim yang menjaga di luar,<br />

semua orang bersantap di dalam kuali itu. Sehabis makan Boe Kie memanjat satu pohon besar<br />

dan mengamat-amati gerakan musuh di kaki gunung. Ia lihat tentara Mongol terpencar di sana<br />

sini di seputar gunung dan asap putih mengepul di berbagai tempat yang merupakan satu<br />

tanda bahwa serdadu-serdadu itu sedang menanak nasi.<br />

Boe Kie melompat turun dari pohon. “Wie heng,” katanya kepada Wie It siauw. “Saat malam<br />

menjelang kau selidiki keadaan musuh kalau-kalau mereka ingin menyerang di waktu<br />

malam.”<br />

Wie it Siauw mengiyakan dan segera berlalu.<br />

“Kauwcoe,” kata Yo Siauw, “Menurut pendapatku, sesudah dihajar di depan gunung hari ini,<br />

Tatcoe tidak akan menyerang lagi. Yang kita harus jaga adalah bokongan dari gunung.”<br />

“Benar,” kata Boe Kie. “<strong>Mar</strong>i kita mengamati dari atas bukit.” Bersama Yo Siauw, Hoan<br />

Yauw dan Gan Hoan, ia segera berangkat ke bukit di belakang gunung di mana Cia Soen<br />

pernah dipenjarakan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1408

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!