20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Seng hwee leng Beng-kauw sudah tiba,” kata si jangkung yang berdiri di tengah-tengah.<br />

“Hoe kauw Liong ong, Say ong, mengapa kalian tidak menyambut dengan berlutut?” Ia<br />

berbicara dalam bahasa Han yang sangat jelek dan kaku.<br />

Boe Kie terkejut, “Menurut surat wasiat Yo Kongcoe, semenjak jaman Kongcoe ketiga puluh<br />

satu, jaman Kauwcoe, Seng hwee leng jatuh ke dalam tangan Kay-pang dan sampai sekarang<br />

belum bisa diambil kembali,” pikirnya. “Mengapa benda-benda itu berada di dalam tangan<br />

mereka? Apa itu Seng hwee leng asli? Apa benar mereka murid Beng-kauw?” Bermacammacam<br />

pertanyaan keluar masuk dalam otaknya.<br />

“Aku sudah keluar dari Beng-kauw, perkataan Hoe kauw Liong ong jangan disebut-sebut<br />

lagi,” kata Kim hoa po po. “Siapa nama tuan? Apa itu Seng hwee leng asli? Dari mana kalian<br />

mendapatkannya?”<br />

“Pergi!” bentak orang itu. “Kalau kau sudah keluar dari agama kami, perlu apa kau banyak<br />

rewel? Pergi!”<br />

Kim hoa po po tertawa dingin, “Kim hoa po po belum pernah dihina orang,” katanya,<br />

“Bahkan Kauwcoe memerlukan aku dengan segala kehormatan. Apa kedudukanmu di dalam<br />

Beng-kauw?”<br />

Tiba-tiba ketiga orang itu bergerak dengan serentak mendekati dan tangan kiri mereka<br />

mencoba mencengkram badan si nenek. Kim hoa po po menyapu dengan tongkatnya. Entah<br />

bagaimana ketiga orang itu menggeser kaki tahu-tahu kedudukan badan mereka sudah<br />

berubah. Si nenek menyapu angin dan belakang lehernya dicengkram dengan tiga tangan dan<br />

segera dilontarkan jauh-jauh.<br />

Astaga! Nenek Kim hoa adalah seorang ahli silat kelas utama. Andaikata ia dikepung oleh<br />

tiga orang jago yang paling hebat belum tentu ia bisa dirobohkan dengan satu dua jurus. Tapi<br />

ketiga orang itu sungguh-sungguh aneh gerakan kaki dan tangannya.<br />

Tiba-tiba Boe Kie mengeluarkan teriakan “in!” Ia merasa bahwa gerakan badan, tangan dan<br />

kaki ketiga orang itu tak lain dari gerakan Kian koen Tay lo ie. Apakah mereka bersama-sama<br />

memiliki ilmu yang sangat tinggi itu?<br />

Waktu mendengar suara “tang” yang ketiga kali, In Lee sadar dari pingsannya. Ia membuka<br />

kedua matanya dan mendapati kenyataan bahwa ia masih dipeluk Boe Kie. Dadanya sakit luar<br />

biasa dan sambil menahan sakit ia segera memejamkan kedua matanya.<br />

Sesudah ketiga orang itu mengubah kedudukan, Boe Kie bisa melihat mukanya. Yang<br />

bertubuh paling jangkung berjenggot dan matanya biru, sedang yang satunya lagi berambut<br />

kuning dan berhidung bengkok seperti patuk elang. Kedua-duanya orang asing, yang wanita<br />

berambut hitam dan mukanya tak berbeda dengan muka orang Tiong-hoa. Hanya biji matanya<br />

tidak hitam. Ia berusia kurang lebih dua puluh tahun dan raut mukanya berbentuk kwa cie, ia<br />

cantik. “Semua orang asing, tidak herean apabila mereka itu suaranya kaku dan bicaranya<br />

seperti orang menghafal buku,” kata Boe Kie dalam hati.<br />

“Melihat Seng hwee leng seperti bertemu dengan Kauwcoe,” teriak si jenggot. “Cia Soen<br />

mengapa kau tidak menyambut dengan berlutut?”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1057

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!