20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dalam sajak itu Khoe Cie Kie bicara tentang bunga Leehoa. Tapi sebenarnya, dalam<br />

melukiskan keagangan bunga Leehoa, is ingin memberi pujian kepada seorang wanita cantik<br />

yang mengenakan pakaian serba putih. la membandingkan wanita itu seperti "Dewi dari<br />

gunung Kouw sia, bakatnya cerdas dan suci, wataknya agung dan murni." Ia memujinya<br />

sebagai manusia yang "jiwanya gagah kepintarannya ber-limpah2."<br />

Siapakah wanita yang mendapat pujian sedemikian tinggi dari seorang, beribadat yang<br />

berilmu itu ?<br />

Ia adalah Siauw Liong Lie, seorang jago betina parte Kouw bok pay (parte Kuburan tua). Ia<br />

suka mengenakan pakaian serba putih, sehingga se-olah2 pohon giok yang tertutup salju<br />

Dengan sifat2nya yang bersih dingin is se-akan2 sinar rembulan yang menyelimuti semesta<br />

alam dengan sinarnya yg teduh dan dingin.<br />

Waktu masih berdiam di Ciong Lan Sam Siauw Liong Lie pernah jadi tetangga Kho Cie Kie<br />

dan sesudah melihat gadis itu yang elok luar biasa. Cie Kie segera menulis sajak "Boe siokliam"<br />

untuk memujinya.<br />

Tapi sekarang Kho Cie Kie sudah lama meninggal dunia, sedang Siauw Liong Lie pun sudah<br />

menikah dengan Sintiauw Tayhiap Yo Ko.<br />

Akan tetapi, pada suatu hari, dijalanan gunung Siauw sit san, di propinsi Holam, terlihat<br />

seorang gadis remaja yang sedang berjalan sambil menundukkan kepada dan menghafal sajak<br />

"Boe siokliam."<br />

Gadis itu, yang berusia kira-kira delapan belas tahun dam mengenakan pakaian warna kuning<br />

menunggang seekor keledai kurus. Perlahan-lahan binatang itu mendaki jalanan gunung yang<br />

sempit. Sambil termenung2 diatas tunggangannya, sinona berkata dalam hatinya. "Ya !<br />

Memang juga, hanyalah seorang seperti Liong Cie-cie yang pantas menjadi isteri dia."<br />

"Dia" adalah Sintiauw Tayhiap Yo Ko.<br />

Keledai berjalan terus, perlahan-lahan.<br />

Si nona menghela papas dan berkata dengan suara perlahan. "Berkumpul gembira, berpisahan<br />

menderita......"<br />

Gadis tersebut, yang berpakaian sederhana dan yang pada pinggangnya tergantung sebatang<br />

pedang pendek, berjalan dengan paras muka tenang, sehingga dengan muka sekelebatan saja,<br />

orang bisa menebak, bahwa ia adalah seorang yang sadah biasa berkelana dalam dunia Kangouw.<br />

Ia berada dalam usia remaja, usia riang gembira. Menurut akuran biasa, dalam usia<br />

belasan, pemuda atau pemudi tak mengenal apa yang dinamakan penderitaan atau kedukaan.<br />

Akan tetapi, nona itu berada di luar dari ukuran biasa. Pada paras mukanya yang cantik<br />

bagaikan sekuntum bunga mawar, terlihat sinar yang guram. Alisnya berkerut, seolah-olah<br />

serupa pikiran berat sedang menindih hati iya.<br />

Nona itu she Kwee bernama siang, puteri ke dua dari Tayhiap Kwee Ceng dan Liehiap Oey<br />

Yong. Dalam dunia Rimba Persilatan, ia di juluki sebagai "Siauw-tong-sia" (si Sesat kecil dari<br />

Timur). Dengan seekor keledai dan sebatang pedang, ia berkelana untuk menghilangkan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 2

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!