20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sekarang ia berkunjung sebagai seorang Kauw coe dari Beng-kauw yang sangat berpengaruh.<br />

Jangka waktu kunjungan itu hanya beberapa tahun tapi seolah-olah sudah satu abad.<br />

Boe Kie menahan rombongannya di pendopo itu. Ia ingin menunggu wakil Siauw lim sie.<br />

Sebelum menggunakan kekerasan, ia mau bertindak menurut peraturan sopan santun, tapi<br />

mereka menunggu dengan sia-sia.<br />

Ayo kita naik! kata Boe Kie akhirnya.<br />

Dengan Yo Siauw dan Wie It Siauw di sebelah kiri dan In Thian Ceng dan In Ya Ong di<br />

sebelah kanan, Thian koan Toojin, Pheng Eng Giok, Cioe Tian dan Swee Poet tek di<br />

belakang, Boe Kie lalu memasuki pintu kuil Siauw lim sie. Setelah berada di dalam ruangan<br />

sembahyang Tay-hiong Po tian, mereka melihat patung Budha yang agung, kursi meja yang<br />

mengkilap, asap hio yang mengepul ke atas dan lampu-lampu yang menyala tapi dalam<br />

ruangan itu tak kelihatan bayangan manusia.<br />

Beng-kauw Thio Boe Kie bersama Yo Siauw, In Thian Ceng dan lain-lain datang berkunjung<br />

untuk bertemu dengan Hong Tio Tay-soe! teriak Boe Kie yang suaranya disertai Lweekang<br />

hebat sehingga lonceng yang tergantung di dalam ruangan itu mengeluarkan suara ung ung.<br />

Yo Siauw, Wie It Siauw dan yang lain-lain saling mengawasi dengan perasaan kagum.<br />

Dengan mempunyai seorang pemimpin yang te<strong>naga</strong> dalamnya begitu tinggi, mereka merasa<br />

bahwa dalam pertempuran ini Beng-kauw akan memperoleh kemenangan.<br />

Teriakan Boe Kie bisa didengar di seluruh kuil tapi sesudah menunggu beberapa lama seorang<br />

manusiapun tak kelihatan batang hidungnya.<br />

Hei! Apa kamu mau bersembunyi seumur hidup? teriak Cioe Thian berangasan.<br />

Mereka menunggu lagi tapi tetap tiada yang muncul.<br />

Sudahlah! kata In Thian Ceng. Sekarang kita tak usah perdulikan akal apa yang dijalankan<br />

mereka, mari kita masuk semua! Seraya berkata begitu dengan diikuti oleh yang lain ia maju<br />

lebih dulu dan terus menuju ke ruang belakang. Tapi seorang manusiapun tidak ditemui<br />

mereka.<br />

Mereka heran tak kepalang. Siauw lim-pay adalah sebuah partai persilatan yang besar dan<br />

sejak dulu sudah mempunyai nama yang sangat harum. Di dalam kuil terdapat banyak sekali<br />

pendeta yang tinggi ilmu silatnya dan banyak akal budinya. Tapi hari ini mereka menjalankan<br />

tipu kuil kosong. Tipu apa itu? Tak bisa tidak suatu tipu yang sangat hebat. Mengingat begitu,<br />

mereka makin berhati-hati. Mereka waspada pada setiap tindakan sesudah melewati Ka-lam<br />

tian, tapi mereka belum juga menemui manusia.<br />

Tiba-tiba Wie It Siauw berkata, Swee Poet Tek, mari kita mengamat-amati dari atas!<br />

Swee Poet Tek mengangguk dan badannya segera mencelat ke atas, tapi sebelum kedua<br />

kakinya menginjak payon rumah, Wie It Siauw sudah berada di atas wuwungan.<br />

Ilmu ringan badan Wie Hong ong benar-benar tak akan bisa ditandingi oleh Po tay Hweeshio,<br />

katanya di dalam hati.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 864

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!