20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pada detik berbahaya, Boe Kie melompat maju dan menepuk batu itu yang lantas saja<br />

terpental dan jatuh amblas di dalam tanah. Ia tertawa dan sambil menepuk pundak kedua<br />

kakek itu, ia berkata, Jie Wie Loo Cianpwee jangan bingung, Boanpwee hanay main-main.<br />

Paras muka si kate pucat bagaikan kertas. Sudahlah! katanya dengan suara parau.<br />

Tapi si jangkung menggelengkan kepalanya. Tidak, ini tidak masuk hitungan. Katanya.<br />

Mengapa tidak masuk hitungan? tanya Boe Kie. Kau mengalahkan kami dengan<br />

mengandalkan te<strong>naga</strong>mu yang besar, jawabnya. Kau bukan menjatuhkan kami dengan<br />

menggunakan ilmu silat.<br />

Kalau begitu kita boleh bertanding pula. Kata Boe Kie.<br />

Boleh, kata si jangkung, tapi kita harus menggunakan satu cara baru. Kalau kau menang<br />

karena te<strong>naga</strong>mu yang besar, biarpun kalah, kami kalah dengan penasaran. Bukankah<br />

demikian?<br />

Pemuda itu mengangguk, benar, katanya.<br />

Tiba-tiba SC berteriak, Malu! Benar-benar malu! Kakek jenggotan yang main padan berbalik<br />

mengatakan orang lain curang. (Red: SC? what is she doing here?)<br />

Si jangkung tertawa terbahak-bahak. Bocah, katanya. Orang sering kata: yang rugi ialah yang<br />

untung. Garam yang ditelan olehku lebih banyak daripada beras yang ditelan olehmu.<br />

Jembatan yang dilewati olehku lebih panjang daripada jalanan yang pernah dilalui olehmu.<br />

Bocah, tahu apa kau! Ia menengok kepada Boe Kie dan berkata pula, Kalau kau tidak setuju,<br />

kita boleh tidak usah bertanding lagi. Dalam pertandingan tadi, kau tak kalah dan kamipun tak<br />

menang. Seri saja! Tigapuluh tahun kemudian, kita boleh berjumpa kembali.<br />

Mendengar perkataan Soeteenya yang makin lama jadi makin gila, si kate buru-buru<br />

membentak. Orang she Can! Kami mengaku kalah, kau boleh berbuat sesuka hati terhadap<br />

kami.<br />

Boanpwee sama sekali tidak mengandung niat kurang baik, kata Boe Kie. Dengan<br />

memberanikan hati boanpwee hanya ingin mendamaikan permusuhan antara partai cianpwee<br />

dengan Beng Kauw.<br />

Tak bisa! teriak si jangkung. Aku belum ajukan usulku. Mengapa kau lantas mundur?<br />

Si kate mengerutkan alisnya, tapi tidak mengatakan apa-apa. Ia tahu, bahwa biarpun gialgilaan,<br />

dengan mengandalkan ketebalan mukanya dan lidahnya, soetee itu sering membuat<br />

musuh menjadi pusing dan mengubah kekalahan menjadi kemenangan. Hari ini, dihadapan<br />

tokoh-tokoh rimba persilatan, cara-cara itu memang tidak bagus. Tapi jika ia dapat<br />

menjatuhkan Boe Kie, maka kemenangan itu sekiranya dapat juga digunakan untuk menebus<br />

dosa.<br />

Bagaimana usul cianpwee? tanya Boe Kie.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 781

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!