20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Semua orang tahu, bahwa dalam berkata begitu Kong tie ingin membikin panas hatinya<br />

orang2 Beng Kauw. Tapi kalau ejekan itu ditelan begitu saja, derajat dan keangkeran Beng<br />

Kauw akan merosot. Dalam kedudukan, sesudah Hoan Yaum adalah Peh bie Eng Ong Ing<br />

thian Ceng. Tapi mengingat usia sang kakek yang sudah lanjut Boe Kie bersangsi untuk<br />

meminta bantuannya. Selagi ia menimbang2 untuk menarik In Ya Ong, pamannya, In Thian<br />

Ceng mendadak maju beberapa tindak dan lalu berkata, “Kauw coe, In Thian Ceng memohon<br />

tugas.”<br />

“Gwakong sudah lanjut usia, sebaiknya Kuku (paman) saja yang…”<br />

“Benar aku sudah tua, tapi usiaku tak mungkin melampaui Sam wie ko ceng. Kalau siauw lim<br />

punya jago2 tua, apa Beng Kauw tak punya?”<br />

Boe Kie tahu bahwa kakeknya memiliki kepandaian sangat tinggi yang sedikitnya tak kalah<br />

dari Yo Siauw dan Hoan Yauw. Maka itu sesudah memikir sejenak ia segera mengangguk dan<br />

berkata, “Baiklah Hoan Yoesoe, simpanlah te<strong>naga</strong>mu untuk melayani Kong tie Seng ceng.<br />

Aku sekarang memohon bantuan Gwakong.”<br />

In Thian Ceng membungkuk dan lalu mengambil sepasang “leng” dari tangan Hoan Yauw.<br />

“Sam wie Susiok!” kata Kong boen dengan suara nyaring. “Yang ini ialah In Loo Enghiong<br />

bergelar Peh bie kauw yang. Dahulu ia mendirikan Peh bie kauw yang berseteru dengan enam<br />

partai besar. Ia seorang enghiong yg berkepandaian tinggi. Yang itu adalah Yo sianseng. Baik<br />

lweekang maupun gwakang ia sudah mencapai tingkat tertinggi. Ia adalah seorang tokoh<br />

terutama dalam Beng Kauw. Sudah banyak jago Koen Loen dan Go Bie rubuh ditangannya.”<br />

Touw ciat tertawa, “Selamat bertemu! Selamat bertemu!” katanya. “Cobalah kita lihat, apakah<br />

murid2 Siauw Lim bisa melayani atau tidak.”<br />

Tiga lambang lantas saja bergerak dan membuat tiga buah lingkaran.<br />

Semalam, ditempat gelap, Boe Kie bertempur dengan hanya mengandalkan perasaannya<br />

terhadap sambaran angin dari tambang2 itu. Tapi sekarang, diwaktu tengah hari, bukan saja<br />

gerakan tambang bahkan kerut muka ketiga kakek itu juga dapat dilihat tegas olehnya.<br />

Sesudah menundukkan Seng hwee leng kemuka bumi dan menyoja, ia berkata, “Maaf!”<br />

Hampir berbareng ia membabat tambang Touw lan dengan leng yg di pegang dalam tangan<br />

kanannya. Begitu kedua senjata yang aneh itu kebentrok, Touw Lan dan Boe Koie merasa<br />

lengan mereka kesemutan.<br />

Boe Kie tahu bahwa andaikata pihaknya bisa memperoleh kemenangan, kemenangan tidak<br />

akan bisa di dapat secara mudah. Paling sedikit ia harus bertempur lima ratus jurus.<br />

Memikir begitu ia segera mengambil keputusan untuk melelahkan ketiga pendeta itu dan<br />

kemudian barulah mencari lowongan untuk mengirim pukulan2 yang memutuskan.<br />

Demikianlah ia segera melawan keras juga. Kioe yang sin kang yang berada dalam tubuhnya<br />

makin digunakan jadi makin kuat dan pukulan2 nya kian berat. Penonton yang lweekangnya<br />

kurang kuat terpaksa mundur setindak demi setindak sebab tak tahan, disambar angin<br />

pukulan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1323

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!