20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tak perlu berlagak baik hati! bentak Poet Hwie. Lepaskan aku.<br />

Dengan apa boleh buat, si pelayan mengangsurkan tangan kanannya. Sebab kedua<br />

pergelangan tangannya terantai maka waktu mengangsurkan tangan kanan, tangan kirinya<br />

turut diangsurkan. Tiba2 tangan kiri Poet Hwie menyambar dan mencengkeram pergelangan<br />

tangan kanan pelayannya, jari2 tangannya mencengkeram Hwee cong, Yang tie dan Gwa<br />

koan hiat.<br />

Badan pelayan itu lantas saja kesemutan dan tak bisa bergerak lagi. Siocia katanya, Kau.<br />

Poet Hwie tertawa dingin. Kami, ayah dan anak, telah dibokong musuh dan kami tengah<br />

menghadapi kebinasaan, katanya dengan suara menyeramkan. Apakah kau takkan<br />

menggunakan kesempatan ini untuk membalas sakit hati. Tak sudi kami disiksa olehmu! Jalan<br />

yang paling baik adalah <strong>membunuh</strong> kau terlebih dahulu. Seraya berkata begitu, ia mengayun<br />

pedang yang lalu ditebas ke leher pelayannya.<br />

Boe Kie terkesiap. Melihat keadaan si pelayan, ia merasa sangat kasihan. Pada detik<br />

berbahaya, ia melompat dan mementil badan pedang yang lantas saja terpental dan jatuh<br />

dilantai. Dilain pihak, walaupun terluka, gerakan nona Yo cepat luar biasa. Hampir berbareng<br />

dengan terlepasnya pedang, dua jari tangannya terpentang dan meyambar ke mata Boe Kie.<br />

Totokan itu hanyalah Siang liong Chio coe (dua <strong>naga</strong> berebut mutiara), serupa pukulan biasa.<br />

Tapi sesudah dilatih oleh ayahnya beberapa tahun, pukulan yang sederhana itu mempunyai<br />

te<strong>naga</strong> yang sangat besar.<br />

Dengan kaget Boe Kie melompat kebelakang oet Hwie Moay moay, aku! teriaknya.<br />

Mendengar perkataan Poet Hwie Moay moay yang tak asing lagi, nona Yo terkesiap dan<br />

berteriak. Apa Boe Kie koko? biarpun blom lihat muka, ia mengenal suara itu.<br />

Boe Kie merasa menyesal, bahwa ia memperkenalkan dirinya. Poet Hwie Moay moay<br />

bagaimana keadaanmu selama beberapa tahun ini?<br />

Si nona mengawasi. Ia bersangsi, karena dihadapannya berdiri seorang pria yang pakaiannya<br />

compang camping dan mukanya kotor Kau.apa banar kau Boe Kie koko? tanyanya<br />

Bagaimana kau bisa datang disini?<br />

Swee Poet Tek yang membawa aku, sahutnya. Tadi Goan tin Hweeshio masuk kesini, tiba2 ia<br />

menghilang. Apa dalam kamar ini ada jalan lain?<br />

Goan tin hweeshio kabur? menegas si nona.<br />

Sesudah kena pukulan Ceng ek Hong ong, ia terluka berat, menerangkan Boe Kie. Barusan ia<br />

kabur dan aku mengubarnya. Ia masuk ke kamar ini da lantas menghilang. Dia adalah musuh<br />

besarku, aku mesti cari dia.<br />

Dalam kamar ini tiada jalan lain, kata si nona. Bagaimana dengan ayahku? Aku mau tengok<br />

padanya. Seraya berkata begitu, ia menepak batok kepala pelayannya.<br />

Jangan!..... teriak Boe Kie sambil mendorong pundak si nona, sehingga tepukannya jatuh<br />

ditempat kosong.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 718

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!