20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sendiri, Hai! Melihat kalian, sepasang orang muda yang setimpal sungguh untuk menjadi<br />

suami isteri, aku merasa sangat tak tega untuk untuk turun tangan."<br />

Mendengar perkataan yang paling belakang itu, paras muka kedua orang muda itu lantas saja<br />

berubah merah.<br />

Si nona mengerutkan alis. "Kalau kau yang kalah, apakah kau juga akan <strong>membunuh</strong> diri?"<br />

tanyanya.<br />

"Bagaimana aku bisa kalah?" kata Cia Soen sambil tertawa.<br />

"Dalam pertandingan mesti ada yang kalah dan ada yang menang," kata si nona. "Thio<br />

Ngohiap adalah murid dari seorang berilmu tinggi, maka selalu terdapat kemungkinan, bahwa<br />

dia akan mengalahkan kau "<br />

Cia Soen tertawa, "Orang yang masih berusia begitu muda, biarpun berkepandaian tinggi tak<br />

akan memiliki Lweekang yang cukup dalam untuk dapat menghadapi aku," katanya.<br />

Selagi kedua orang itu bicara, diam-diam Coei San mengasah otak untuk menetapkan ilmu<br />

apa yang akan diajukan olehnya. Dalam ilmu surat, dalam mana tercakup seni melukis huruf<br />

indah, seni lukis, memetik khim, main tio kie, menulis syair, pengetahuannya masih dangkal.<br />

Ilmu apa yang harus diajukannya? Ilmu silat? Ilmu mengentengkan badan? Ilmu silat gubahan<br />

gurunya yang berdasarkan Soehoat? Tiba-tiba serupa ingatan berkelebat dalam otaknya dan ia<br />

lantas saja berkata: "Cia Cianpwee, karena kau mendesak, maka aku tak dapat tidak<br />

mempersembahkan kebodohanku. Jika kalah, aku tentu akan menggorok leher sendiri. Tapi<br />

bagaimana, andaikata aku beruntung bisa keluar dengan seri ?"<br />

Cia Soen menggelengkan kepala, "Tak mungkin seri," jawabnya. "Seri dalam pertandingan<br />

pertama, kita bertanding pula sampai ada yang menang, dan ada yang kalah."<br />

"Baiklah," kata Coei San. "Andaikata dalam pertandingan ini boanpwee memperlihatkan<br />

keunggulan, boanpwee tak berani menuntut apapun jua. Boanpwee hanya ingin memohon<br />

supaya Cianpwee sudi meluluskan satu permintaan."<br />

"Aku berjanji untuk meluluskan permintaanmu itu," kata Cia Soen. "Hayolah, katakan saja,<br />

dalam ilmu apa kau ingin bertanding."<br />

Melihat begitu, bukan main leganya hati sinona.<br />

"Kau mau bertanding dalam ilmu apa ? Apa kau punya pegangan untuk mendapat<br />

kemenangan?" bisiknya.<br />

"Belum tentu," jawabnya.<br />

"Kalau kau kalah, kita coba lari," bisik pula si nona.<br />

Coei San tidak menjawab, ia hanya bersenyum getir. Dengan perahu sudah tenggelam semua<br />

dan mereka berada disebuah pulau kecil, kemana mereka mau lari? Ia segera mengikat tali<br />

pinggang erat-erat dan mencabut Poan koan pit dari pinggangnya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 186

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!