20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ia segera melemparkan senjatanya dan mendukung Ceng Soe. Ia merasa heran karenga<br />

tubuhnya berat luar biasa dan sesudah mendukungnya ia menyentuh sesuatu yang keras.<br />

Rupa-rupanya di dalam kain putih yang membungkus tubuh Ceng Soe terdapat suatu benda<br />

yang berat dan keras. Tapi saat itu ia tidak sempat berpikir panjang lagi. Karena kuatir<br />

menggetarkan tulang-tulang kepala Ceng Soe yang belum lama disambung, ia tidak berani<br />

bertempur dengan serdadu-serdadu yang mencegatnya dan hanya berkelit sana sini, sambil<br />

berlari-lari dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh. Untung juga tak lama kemudian ia<br />

bertemu dengan Thio Siong Kee dan In Lie Heng yang lalu melindungi dari serangan musuh.<br />

Sementara itu pasukan Mongol yang lain dengan kekuatan beberapa ratus orang sudah mulai<br />

merangsek ke atas.<br />

“Liat hwee kie turun tangan,” teriak Pheng Eng Giok.<br />

Tentara Liat hwee kie segera menyemprotkan minyak tanah dan panah api sehingga dua ratus<br />

lebih serdadu Mongol yang berada di depan segera saja terbakar dan yang lainnya terpaksa<br />

mundur.<br />

Dilain pihak, Ang soe kie yang menyemburkan air beracun juga sudah berhasil<br />

membinasakan serangan musuh. Dengan menggunakan kesempatan yang baik itu, para orang<br />

gagah turut menerjang dan membasmi musuh sepuas hati.<br />

Melihat gelagat tidak baik, Ban hon thio yang memimpin tentara Mongol buru-buru<br />

memerintahkan dibunyikannya gendering untuk menarik mundur pasukan. Dilain saat,<br />

pasukan depan Mongol berubah menjadi pasukan belakang dibawah perlindungan tentara<br />

yang bersenjata anak panah mereka mundur ke bawah gunung dengan teratur.<br />

Melihat begitu Pheng Giok menghela napas dna berkata, “Tentara Mongol benar-benar bukan<br />

tentara sembarangan. Mereka kalah tapi tak jadi kalut.”<br />

Setibanya di kaki gunung tentara Mongol diatur seperti kipas dan membuat persiapan untuk<br />

beristirahat.<br />

Sesudah musuh menghentikan serangan, Boe Kie segera mengeluarkan perintah.<br />

“Swie Kim, Ang Soei dan Liat hwee, tiga bendera, menjaga di tempat-tempat yang penting<br />

Kie bok dan Hong touw kie harus menebang pohon dan membuat benteng-benteng untuk<br />

menahan terjangan musuh yang selanjutnya.”<br />

Kelima bendera itu segera berpencar untuk melakukan tugas mereka.<br />

Pertempuran itu memberi pelajaran dan membuka mata para orang-orang gagah dari Rimba<br />

Persilatan. Sekarang mereka mengerti bahwa perang lain dari pertandingan satu lawan satu<br />

atau pertempuran antara beberapa orang yang biasa terjadi dalam kalangan Kang ouw.<br />

Sekarang mereka mengakui bahwa Lweekang, Gwakan, senjata rahasia dan ilmu silat tinggi<br />

dari seseorang tidak banyak artinya dalam peperangan, di mana beribu atau puluhan ribu<br />

manusia bertempur secara besar-besaran. Sekarang mereka yakin bahwa tanpa bantuan Nio<br />

heng kie, hari itu mereka semua terhitung kuil Siauw lim tentu sudah musnah. Tanpa Ngo<br />

heng mereka tak akan bisa melawan dua laksa serdadu Mongol yang terlatih baik.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1403

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!