20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

membaca kalimat “terkepung di gunung Goe tauw san” dalam Boe bok lesoe. Ia kaget dan<br />

membaca terus.<br />

Ternyata di bagian itu Gak Hoei menceritakan pengalamannya pada waktu ia dan tentaranya<br />

dikepung oleh tentara Kim yang berjumlah besar di gunung Goe tauw san, cara bagaimana ia<br />

menjalankan siasat menggeret musuh dari dalam dan luar sehingga mereka memperoleh<br />

kemenangan besar.<br />

Tiba-tiba Boe Kie menepuk meja. “Langit membantu aku,” serunya. Biarpun keadaan Siauw<br />

sit san sekarang berbeda dari keadaan Goe tauw sasn dahulu, ia merasa ia masih bisa jalan<br />

untuk mendapatkan kemenangan.<br />

Makin lama ia kelihatan makin gembira. “Gak Boe bok sungguh sungguh manusia luar<br />

biasa,” katanya seorang diri. “Dalam keadaan begitu berbahaya, seorang manusia tak akan<br />

berdaya lagi… Memang… memang ilmu perang seperti ilmu silat. Kita harus ada petunjuk<br />

dari orang pandai…” Ia mencelup telunjuknya di air teh dan membuat peta bumi di atas meja.<br />

Ia tahu, bahwa keadaan sangat berbahaya, tapi ia yakin bahwa dengan bantuan Tuhan, Siauw<br />

Lim sie masih dapat ditolong. Dalam perang, yang berjumlah kecil sukar melawan musuh<br />

yang berjumlah besar dan di dalam peperangan ini, ia tidak boleh mengadu kekuatan, tak<br />

boleh mengadakan pertempuran berhadap-hadapan.<br />

Tak lama kemudian ia sudah mempunyai gambaran tegas tentang apa yang harus<br />

dilakukananya. Tanpa menyia nyiakan waktu, ia segera pergi ke Tay hiong Po thian dan minta<br />

Kong boen Hong Thio mengumpulkan para orang gagah.<br />

Sesudah semua enghiong berkumpul, Boe Kie berkata dengan suara nyaring. “Sekarang ini<br />

tentara Tat coe berkumpul di kaki gunung dan mungkin sekali mereka akan segera menyerang<br />

pula. Walaupun kemarin kita mendapat kemenangan kecil dan sudah menurunkan semangat<br />

musuh, tapi kalau menyerang lagi dengan mati-matian, kita yang berjumlah lebih kecil sukar<br />

melawan mereka yang berjumlah sangat besar.” Ia berdiam sejenak, kedua matanya yang<br />

sangat tajam menyapu seluruh ruangan. “Aku ini adalah seorang yang tidak punya<br />

kemampuan, tapi atas kecintaan kalian sudah mengangkat aku sebagai Boe lim Beng boe dan<br />

untuk sementara waktu, aku terpaksa menerima keangkatan itu,” katanya pula. “Hari ini kita<br />

harus bersama-sama membasmi musuh. Demi kepentingan kita beramai-ramai, kuminta<br />

kalian suka mentaati segala perintah.”<br />

Pidato pendek itu disambut dengan sorak sorai gegap gempita. Semua orang berjanji akan<br />

turut segala perintah Beng coe.<br />

Boe Kie girang. “Terima kasih!” katanya. “Nah, marilah kita mula. Gouw Kin Co!”<br />

Begitu namanya dipanggil, pemimpin Swie kim kie itu maju dan memberi hormat dengan<br />

membungkuk.<br />

“Aku menugaskan kau dan saudara saudara dari benderamu untuk mempertahankan undang<br />

undang ketentaraan,” kata Boe Kie. “Siapapun juga yang tak mentaati perintah harus dapat<br />

hukuman mati dengan timpukan tombak dan kapak Swie kim kie. Peraturan ini berlaku untuk<br />

semua orang. Tertua dari agama kita, tetua rimba persilatan tidak terkecuali.”<br />

“Baik!” kata Gouw Kin Co seraya merogoh saku dan mengeluarkan bendera putih kecil.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1422

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!