20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Cioe Kauwnio adalah murid sebuah partai lurus bersih. Tapi mengapa ia memiliki ilmu yang<br />

sesat itu?”<br />

“Akupun merasa sangat heran, siapa yang sudah mengajarnya?”<br />

Tio Beng tertawa, “Tak bisa lain, orang dari penjahat Mo Kauw,” katanya.<br />

Boe Kie pun turut tertawa. “Di dalam Mo Kauw terdapat banyak sekali kepala iblis,” katanya.<br />

“Tapi diantara mereka tak ada yang memiliki ilmu begitu. Hanya Ong yang bisa menghisap<br />

darah manusia dan ilmu Thio Boe Kie yang bisa menghisap pundak manusia yang agak mirip<br />

dengan ilmu itu.”<br />

Dengan penuh rasa bahagia, Tio Beng menyandarkan kepalanya di dada Boe Kie, “Boe Kie<br />

Koko,” bisiknya. “Hari ini aku sudah mengacaukan pernikahan. Apa kau marah?”<br />

Sungguh aneh, pada waktu itu sebaliknya daripada berduka, Boe Kie merasa senang. Kecuali<br />

memikirkan Cia Soen, ia bahkan merasa tenang dan beruntung. Mengapa bisa begitu? Ia<br />

sendiri tak tahu sebab musebabnya tapi ia tentu saja merasa malu untuk memberitahukan si<br />

nona perasaan hatinya yang sebenarnya. “Tentu saja aku marah,” jawabnya. “Di kemudian<br />

hari aku pun akan mengacaukan pernikahanmu.”<br />

Muka Tio Beng segera berubah dadu, “Jika kau berani, aku akan bunuh kau,” katanya<br />

tersenyum.<br />

Mendadak Boe Kie menghela nafas.<br />

“Mengapa kau menghela nafas?”<br />

“Entah siapa yang pada penitipan dahulu telah melakukan perbuatan mulia sehingga dalam<br />

penitisan sekarang ia begitu beruntung untuk menjadi Koen bee ya.” (Koen bee ya suami<br />

seorang putri raja muda)<br />

“Sekarang masih ada waktu untuk kau sendiri melakukan perbuatan mulia,” kata si nona.<br />

Jantung Boe Kie memukul keras, “Apa?” tegasnya.<br />

Tapi si nona segera memalingkan kepala ke jurusan lain dan tidak menyahut.<br />

Sesudah pembicaraan tiba pada titik itu, mereka merasa jengah utnuk berbicara lagi. Sesudah<br />

mengaso, Boe Kie lalu menaruh obat baru pada lubang luka dan kemudian sambil mendukung<br />

nona Tio ia meneruskan perjalanan ke jurusan barat.<br />

Malam itu mereka tidur dibawah langit dan pada keesokan paginya mereka tiba di sebuah<br />

kota kecil. Karena Tio Beng masih sangat lemah dan belum bisa menunggang kuda maka Boe<br />

Kie hanya membeli seekor kuda untuk ditunggang berdua.<br />

Sesudah berjalan lima hari, mereka tiba di daerah Ho-lam. Pada hari keenam, selagi enak<br />

jalan di sebalah depan tiba-tiba kelihatan debu mengebul dan tak lama kemudian mereka<br />

mendengar suara kaki kuda yang sangat ramai. Mereka tahu bahwa itu pasukan angkatan<br />

darat Mongol. Boe Kie buru-buru minggir dan menahan tunggangannya di sisi jalan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1248

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!