20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

mempunyai pandangan ygn bersamaan dengan seorang bocah. Hanyalah karena dia sangat<br />

kurang ajar, maka guru kita sudah memberi ajaran kepadanya. Apa Soecie menduga SoeHoe<br />

benar2 mau mengambil jiwa bocah itu? Selama kurang lebih seratus tahun, partai kita dikenal<br />

sebagai parai dari para ksatria. Guru kita dikagumi orang berkata kesatriaannya dan kemudian<br />

hatinya yang selamanya bersedia untuk memotong sesama manusia. Bocah itu adalah seperti<br />

api lilin, sehingga cara bagaimana dia dapat menandingi matahari dan rembulan. Biarpun dia<br />

berlatih seabad lagi, dia masih belum tentu bisa menandingi guru kita. Maka itu, apa jahatnya<br />

jika kita membiarkan dia mengaso terlebih lama?<br />

Indah sungguh pembelaan nona Cioe!<br />

Semua orang manggut2, sedang orang yg plg bergirang adalah Biat Coat sendiri. Ia merasa,<br />

bahwa murid yg kecil itu sudah mengangkat baik nama Go bie pay dihadapan orang banyak.<br />

Sesudah hawa tulen mengalir disekujur badannya, te<strong>naga</strong> Boe Kie pulih kembali,<br />

semangatnya terbangun dan otaknya terang lagi. Setiap perkataan nona Cioe didengar jelas<br />

olehnya dan ia merasa sangat berterima kasih, karena tahu bahwa dengan berkata begitu, si<br />

nona coba menyelamatkan jiwanya. Beberapa saat kemudian ia bangun berdiri seraya berkata,<br />

Soethay biarlah boanpwe membuang jiwa dalam menerima pukulan terakhir.<br />

Tak kepalang herannya si nenek. Ia sungguh tidka mengerti, cara bagaimana, dengan hanya<br />

bersila beberapa saat te<strong>naga</strong> pemuda itu sudah pulih kembali. Apa dia mempunyai ilmu<br />

siluman? Sambil menatap wajah Boe Kie, ia berkata, Sekarang kau boleh menyerang aku.<br />

Mengapa kau tidak mau membalas?<br />

Boe Kie bersenyum getir. Dengan kepandaian yg tidak artinya, jubah Soethay saja boanpwee<br />

tak akan dapat menyentuh, jawabnya. Bagaimana boanpwee bisa menyerang?<br />

Kalau kau tahu, pergilah lekas2, kata si nenek dengan suara lebih sabar. Pemuda yang seperti<br />

kau memang suka dicari tandingannya. Biat coat Soethay sebenarnya tidak pernah<br />

mengampuni orang tpai hair ini aku melanggar kebiasaan itu.<br />

Boe Kie membungkuk seaya berkata, Terima kasih atas kasihan Cianpwee mengampuni juga<br />

saudara2 dari Swie Kim Kie?<br />

Kedua alis nenek turun dan ia tertawa dingin. Kau tahu apa Hoat Bengku? tanyanya. (Hoat<br />

Beng nama seorang pendeta).<br />

Nama Ciapwee yang mulia ialah Biat dan Coat, jawabnya. (Biat berarti memusnakan sedang<br />

Coat bearti menumpas atau membinasakan).<br />

Bagus, kata si nenek. Aku bertekad untuk memusnakan dan menumpas semua kawanan<br />

Mokauw. Apa kau kira Biat coat suatu nama kosong?<br />

Kalau begitu biarlah Cianpwee mengirim pukulan yang ketiga kata Boe Kie.<br />

Si nenek tercengang. Seumur hidup ia belum pernah bertemu dengan manusia yang begitu<br />

nekad dan keras kepala. Ia sebenarnya seorang berhati dingin. Tapi sekarang tiba2 ia merasa<br />

sayang kalau pemuda gagah seperti Boe Kie harus mati konyol. Sesudah memikir sejenak ia<br />

segera mengambil keputusan untuk memukul saja di bagian tan tian supaya pemuda itu<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 672

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!