20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ketika mereka tiba, dibawah pohon sudah berduduk sembilan orang lain. Yang delapan terdiri<br />

dari pria bertubuh kasar yg mengenakan pakaian pemburu dengan golok dipinggang dan<br />

busur serta anak panah dipunggungnya. Mereka membawa lima enam ekor elang yg berbulu<br />

hitam dan bercakar tajam. Elang2 itu bisa diginakan untuk membantu dalam pemburuan.<br />

Yang seorang adalah lain dari yang lain. Dia kelihatannya seperti seorang pemuda sasterawan<br />

yg lemah lembut, seorang kong coe yg tampan. Ia memegang kipas bergagang batu giok dan<br />

tanggannya yang putih tiada bedanya dari giok yg putih itu (Kong coe putra seorang<br />

berpangkat atau sastrawan).<br />

Tapi pada saat itu, mata semua orang ditujukan kepinggang si kongcoe rempan, karena pada<br />

pinggang itu tergantung sepasang pedang yg gagangnya diukir dengan huruf Ie Thian. Bentuk<br />

dan panjangnya pedang itu bersamaan dengan Ie Thian kiams milik Biat Coat Soethay.<br />

Semua orang kaget bukan main. Coe Tiam yg berangasan tidak dapat menahan sabar lagi.<br />

Tapi baru saja bibirnya bergerak untuk mengajukan pertanyaan, disebelah sekonyong2<br />

terdengar suara kuda yg sangat ramai, diiring dengan teriakan2 menyayat hati.<br />

Semua orang menengok kearah timur. Tak lama kemudia mereka lihat sepasukan serdadu<br />

Goan, yg berjumlah kira2 limapuluh orang. Tiba2 semua orang melupa darahnya. Mengapa?<br />

Karena serdadu Goan itu menyeret seratus lebih wanita Han yang diikat dan diranteng kan<br />

dengan tambang. Beberapa antaranya sudha tidak kuat berjalan lagi, tapi terus diseret dengan<br />

kejam. Ratapan mereka sangat memilukan hati.<br />

Semua anggota Beng Kauw merah matanya. Tangan mereka meraba pinggang. Mereka hanya<br />

menunggu perintah untuk menerjang.<br />

Sekonyong2 si kongcoe berkatar, Li ?ok Po, suruh mereka lepaskan wanita2 itu! suaranya<br />

nyaring empuk, suara seorang wanita.<br />

Baik! jawab salah seorang pria yg lantas membuka tambang tambatan kuda disebuah pohon.<br />

Ia melompat kepunggung kuda yg lalu dilarikan kearah pasukan Goan yg sedang datang. Hei!<br />

Mengapa kau bikin ribut2 ditengah hari bolong! teriaknya. Apa kamu tak punya pembesar yg<br />

mengurus kamu? Hayo, lepaskan wanita2 itu!<br />

Seorang yg mengenakan pakaian pembesar majukan tungganggannya. Ia tertawa cekakakan,<br />

Berani sungguh kau campur tangan urusan tuan besarmu! bentaknya. Apa kau sudah bosan<br />

hidup?<br />

Kaulah yg bosan hidup! Sebentar kau akan bertemu dengan Giam Loo Ong, kata pria itu<br />

dengan suara dingin.<br />

Dengan rasa heran, pembesar Goan itu mengawasi orang2 yg sedang meneduh dibawah<br />

pohon. Ia merasa sangat heran akan keberanian orang itu. Mendadak ia lihat dua butir mutiara<br />

sebesar buah lengkeng diikat kepala si kong coe tampan. Rasa serakahnya lantas saja muncul.<br />

Sambil majukan tunggangannya kearah kongcoe, ia menyeringai dan berkata. Siangkong,<br />

paling benar kau ikut aku. Aku tanggung kau akan memperoleh banyak keuntungan.<br />

Mendengar perkataan itu, alis si kongcoe berdiri, Binatang! bentaknya. Turun tangan!<br />

Satupun tak boleh diberi ampun!<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 841

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!