20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Nyanyian itu ternyata keluar dari mulut In Lee yang masih terus mengaco.<br />

Mendadak jantung Boe Kie memukul keras. Ia ingat, bahwa pada waktu terkurung di jalanan<br />

rahasia di Kong Beng Teng sebab jalanan ditutup Seng Koen, Siauw Ciauw pun pernah<br />

menyanyikan nyanyian itu. (Kisah Membunuh Naga Jilid 17, Halaman 890) Mau tak mau ia<br />

melirik nona itu yang justru sedang mengawasi dirinya. Begitu dua pasang mata kebentrok, si<br />

nona buru-buru memalingkan kepalanya.<br />

Sementara itu, In Lee sudah menyanyi pula. Kali ini lagunya aneh, berbeda dengan lagu yang<br />

biasa di daerah Tiong Goan. Boe Kie dan yang lain-lain memasang kuping untuk menangkap<br />

kata-kata dalam nyanyian itu. Akhirnya mereka mendengar sajak yang maksudnya<br />

menyerupai sajak yang pernah dinyanyikan Siauw Ciauw di Kong Beng Teng.<br />

“Dengan bagaikan mengalirnya air,<br />

pergi, laksana siliran angin,<br />

entah dari mana datangnya,<br />

entah di maan tujuannya!”<br />

Ia mengulangi sajak itu berulang-ulang. Makin lama makin perlahan, sehingga akhirnya<br />

menghilang di antara suara air dan suara angin.<br />

Semua orang mendengar dengan termenung. Mereka merasa bahwa memang benar, seorang<br />

manusia yang dilahirkan di dalam dunia tak diketahui darimana datangnya. Biarpun dia<br />

gagah, biarpun di kosen, pada akhirnya dia tak bisa terluput dari kematian. Dengan mengikuti<br />

siliran angin tak diketahui dimana tujuannya. Pada saat itu, Boe Kie merasa, bahwa tangan<br />

Tio Beng yang dicekal olehnya dingin bagaikan es dan agak bergemetar.<br />

Tiba-tiba kesunyaian dipecahkan oleh suara Cia Soen. “Ah! Lagu Persia diturunkan oleh Han<br />

Hoejin kepadanya. Dua puluh tahun lebih yang lampau, pada suatu hari ketika berada di Kong<br />

Beng Teng aku pernah dengar lagu ini. “Hai! Kutaknyana Han Hoejin bisa berlaku begitu<br />

kejam terhadap anak ini.”<br />

“Loo Ya Coe,” kata Tio Beng, “cara bagaimana Han Hoejin dapat menyanyikan lagu persia<br />

itu. Apakah itu lagu Beng Kauw?”<br />

“Beng Kauw berasal dari Persia dan meskipun bukan lagu Beng Kauw, lagu itu mempunyai<br />

hubungan rapat dengan Beng Kauw,” jawabnya. “Lagu itu telah digubah pada dua abad lebih<br />

yang lampau oleh seorang penyair Persia yang paling terkemuka yaitu Omar Khayyam.<br />

Sepanjang cerita lagu itu dapat dinyanyikan hampir oleh setiap orang Persia. Dahulu waktu<br />

aku mendengar nyanyian Han Hoejin, aku pernah menanyakan asal usul dan Han Hoejin telah<br />

memberi keterangan jelas kepadaku. Ceritanya adalah begini: Al<strong>kisah</strong> pada jaman itu, Persia<br />

terdapat seorang guru besar, Imam Mowfaak, ia mempunyai tiga orang murid terkemuka,<br />

yaitu Omar Khayyam, Nizam Mulk, dan Ben Sabah.”<br />

“Omar Khayyam mengutamakan ilmu sastra, Nizam Mulk mengutamakan ilmu politik sedang<br />

Hasan unggul dalam ilmu silat. Mereka bertiga bersahabat erat dan belakangan mereka<br />

bersumpah untuk sama-sama senang dan sama-sama susah.”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1077

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!