20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Keempat pendekar mengawasi Song Wan Kiauw. Sebagai kakak seperguruan yang paling tua,<br />

ialah yang harus mengambil keputusan terakhir.<br />

Song Tay hiap melirik In Lie Heng. Adiknya itu tak mengeluarkan sepatah kata, tapi mukanya<br />

mengunjukkan sinar kegusaran. Ia mengerti, bahwa si adik ingat nasib tunangannya, Kie<br />

Siauw Hoe yang telah dinodai Yo Siauw dan akhirnya binasa karena gara-gara perbuatan<br />

Kong ben Soe cia itu. Ia tahu bahwa si adik menaruh dendam yang sangat mendalam. Jika<br />

sakit hati itu tidak terbalas, jika Beng kauw tidak dimusnahkan rasa penasaran In Lie Heng<br />

takkan hilang. Maka itu, ia lantas saja berkata dengan suara perlahan. Mo kauw kedosaannya.<br />

Memerangi yang jahat adalah kewajiban orang-orang sebangsa kita. Dalam dunia ini tiada<br />

yang sempurna. Orang tak bisa mendapat semuanya. Kita harus memilih yang paling penting,<br />

Ceng Soe, dan berarti hati-hatilah.<br />

Baiklah! kata si anak seraya membungkuk dan lalu menghampiri Boe Kie. Can Siauwhiap,<br />

katanya dengan suara nyaring, jika kau bukan anggota Beng kauw, kau boleh segera turun<br />

gunung dan mengobati lukamu. Usaha enam partai untuk menumpas kejahatan tiada sangkut<br />

pautnya denganmu.<br />

Dengan satu tangan memegang dada, Boe Kie menjawab, Dalam usaha menolong sesama<br />

manusia, sebegitu lama ia masih bernyawa, seorang lelaki harus berjuang terus. Terima kasih<br />

atas maksud Song-heng yang sangat baik. Tapi aku sudah mengambil keputusan untuk hidup<br />

atau mati bersama-sama Beng kauw!<br />

Para anggota Beng kauw dan Peh bie kauw merasa sangat terharu. Banyak di antaranya<br />

berteriak-teriak, mencegah Boe Kie berkelahi terus. Dengan tindakan limbung In Thian Ceng<br />

maju mendekati. Orang she Song, katanya, biarlah loohoe yang meladeni kau. Tapi baru ia<br />

mengerahkan lweekang, kedua lututnya lemas dan ia kembali roboh di tanah.<br />

Ceng Soe mengawasi Boe Kie. Canheng, kalau begitu demi kepentingan umum, aku terpaksa<br />

berbuat kedosaan terhadapmu, katanya.<br />

Siauw Ciauw melompat dan menghadang di depan Boe Kie. Lebih dahulu kau harus<br />

<strong>membunuh</strong> aku! teriaknya.<br />

Siauw Ciauw, kau tak usah kuatir, kata Boe Kie dengan suara perlahan. Kepandaian pemuda<br />

itu biasa saja. Untuk melayani dia te<strong>naga</strong>ku masih lebih daripada cukup.<br />

Thio Kongcoe, tapi kau kau terluka berat! kata si nona.<br />

Boe Kie tersenyum. Tak usah takut, katanya.<br />

Mendengar perkataan itu, Ceng Soe naik darah. Bagus! bentaknya, Kepandaianku memang<br />

biasa saja. Aku minta pelajaran darimu yang mempunyai te<strong>naga</strong> lebih daripada cukup.<br />

Siauw Ciauw, mengapa kau begitu baik terhadapku? tanya Boe Kie dengan suara terharu.<br />

Si nona tahu, bahwa ia tak dapat berbuat apa-apa lagi untuk mencegah pertempuran.<br />

Aku tak bisa hidup sendirian, katanya dengan suara duka dan putus harapan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 805

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!