20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Siancay ! Siancay!" Kong boen memuji. "Nyonya yang budiman, coba kau bicara tadian<br />

sedikit, pastilah Thio Ngo hiap tidak usah binasa...."<br />

Ia lantas menghampiri So So untuk membungkuk memasang kupingnya.<br />

Nyonya Coei San menggerakkan kedua bibirnya, tetapi suaranya tidak terdengar.<br />

"Apa?" Kong boen tanya.<br />

"Kim mo Say ong Cia Soen, dia bersembunyi di...." kata So So. Kata "bersembunyi di" itu<br />

diucapkan sangat perlahan dan samar samar hingga sukar terdengar tegas.<br />

"Apa!" pendeta dari Siauw lim sie itu menegas.<br />

"Ya, dia bersembunyi disana, pergilah kau mencari sendiri." So So berkafa pula.<br />

"Aku tidak mendengar nyata !" kata Kong boen yang menjadi gelisah sendirinya.<br />

"Aku hanya bisa memberitahukan secara demikian maka pergilah kau kesana. Kau akan<br />

mendapatkannya sendiri...." katanya pula.<br />

Habis itu, ibu ini merangkul anaknya untuk berbisik: "Anak, setelah dewasa nanti, jagalah<br />

dirimu agar tidak diperdayakan wanita! Makin seorang cantik dan manis dilihat, makin dia<br />

pandai memperdayakan orang ...."<br />

Kupingnya ibu itu ditaruh ditelinga puteranya. Ia menambahkan: "Aku tidak membilangi si<br />

pendata. aku cuma mendustakan dia!"<br />

Lalu ia tertawa sendirinya, tertawa sedih.<br />

"Nyonya yang baik!" Kong-boen berseru.<br />

Sekonyong-konyong rangkulannya So So terlepas dengan sendirinya. Tubuhnya terhuyung,<br />

terus roboh celentang. Maka terlihatlah didadanya tertancapnya sebilah pisau belati. Karena<br />

selagi merangkul Boe Kie, puteranya, pisau belatinya sudah dipasang, dari itu tidak ada<br />

seorang juga yang melihat ia <strong>membunuh</strong> diri.<br />

Boe Kie menubruk tubuh ibunya. "Ibu! Ibu!" ia memanggil-manggilnya. Tapi sang ibu telah<br />

lantas putus jiwanya.<br />

Kedukaan Boa Kie melampaui batas, sampai ia tidak dapat menangis. Ia mencabut pisau<br />

belati dari dada ibunya, ia mencekal pisau yang berlumuran darah itu. Sambil memegangnya,<br />

ia memandang Kong boen Taysoe. Ia tanya dengan dingin: "Kaukah yang <strong>membunuh</strong> ibuku?<br />

Benar atau tidak?"<br />

Kong-boen terperanjat. Kematiannya sinyonya sampai membuatnya menjublak. Biar<br />

bagaimana juga, ia adalah seorang Ciang boen jin, maka hatinya terharu juga menyaksikan<br />

sekaligus dua peristiwa berdarah yang terjadi secara beruntun dan menyayatkan hati itu.<br />

Tanpa merasa, ia mundur setindak.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 360

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!