20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Mendengar perkataan yang mengandung pujian itu, hati nona Coe jadi senang sekali. Sambil<br />

tertawa ia membentak, Jangan rewel! Jagalah! Pit kiri menyambar ke bawah, pit kanan ke<br />

atas. Benar-benar ia menghantam Pak Hwee Hiat di embun-embunan dan Tian Tiong Hiat di<br />

dada pemuda itu.<br />

Wie Pek tidak bergerak, seolah-olah ia tahu, bahwa si nona tidak bakal menotok sungguhan.<br />

Tapi kedua senjata it uterus menyambar bagaikan kilat dan dilain detik ujung senjata hanya<br />

terpisah satu dim dari dua jalan darah tersebut.<br />

Pada detik yang sangat berbahaya, mendadak terdengar suara trang! dan kedua pit terpental<br />

balik. Kecepatan bergeraknya Wie Pek sungguh luar biasa bagaimana ia menghunus pedang<br />

dan bagaimana ia menangkis tak bisa dilihatnya.<br />

Bagus! teriak nona Coe sambil melintangkan kedua senjatanya yang segera menyambar<br />

bagaikan dua helai sinar putih.<br />

Boe Kie menonton dengan penuh perhatian. Ia ingat, bahwa mendiang ayahnya pernah<br />

mengatakan Poan Koan Pit adalah senjata untuk menotok jalan darah. Tapi karena bentuknya<br />

menyerupai Pit, maka dalam senjata itu mengandung sifat-sifat Boen. (ilmu surat)<br />

Keunggulannya ialah mudah digunakan dan indah gerakannya. Tapi di dalam pertempuran<br />

mati-matian, manfaatnya masih kalah setingkat dengan senjata lain, misalnya golok atau<br />

tombak. Sesudah memperhatikan beberapa lama, ia mendapat kenyataan bahwa nona Coe<br />

benar-benar mahir dalam menggunakan Poan Koan Pit yang menyambar-nyambar ke delapan<br />

penjuru dalam gerakan-gerakan yang sangat indah. Tiba-tiba hatinya berdebar-debar. Ah! Pit<br />

Hoat itu menyerupai dengan In Thian To Liong Kang dari ayahku,katanya dalam hati. Ilmu<br />

silat nona Coe juga berdasarkan Soe Hoat (Soe Hoat seni menulis huruf-huruf bagus)<br />

Dilain pihak, ilmu pedang Wie Pek tidak juga cukup lihai. Tapi karena Boe Kie tidak<br />

mengerti Kiam Hoat, maka dia tak dapat melihat kebagusannya ilmu pedang itu. Ia hanya<br />

tahu bahwa makin lama pemuda itu jadi makin terdesak.<br />

Sesudah bertempur sekian jurus, pit kiri Nona Coe tiba-tiba menyambar dari kanan ke kiri,<br />

sedangkan pit kanan menyabet dari atas ke bawah.<br />

Celaka! seru Wie Pek sambil melompat mundur. Kioe Tin sungkan menyia-nyiakan<br />

kesempatan baik. Ia melompat pit kanan menyambar mata. Itulah pukulan yang lihai dan<br />

sukar dielakkan.<br />

Tahan!.. teriak Wie Pek, Aku menyerah kalah! Harap Sio Cia sudi mengampuni jiwaku.<br />

Bukan main girangnya si nona. Ia tertawa seraya berkata, Piauw Ko kau bukan kalah<br />

sungguhan. Kau hanya mengalah.., sehabis berkata begitu, ia mengangkat kedua senjatanya<br />

yang lalu dilemparkan ke tembok. Blas! kedua Pit itu amblas di tembok, hanya beberapa dim<br />

yang berada di luar tembok.<br />

Boe Kie terkesiap. Ia tak nyana, bahwa wanita yang kelihatannya lemah memiliki Lweekang<br />

yang begitu tinggi dan te<strong>naga</strong> yang begitu besar. Bagus! Ia berteriak tanpa merasa.<br />

Sudah lama ia berdiri di situ, tapi ketiga orang muda itu tidak memperhatikannya. Sekarang,<br />

begitu bersorak, mereka menengok dan mengawasinya. Melihat, bahwa yan sorak hanya<br />

seorang pelayan, Kioe Tin tidak memperdulikan. Ia rupanya sudah melupakan Boe Kie.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 546

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!