20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kalau ia meugandung maksud kurang baik terhadap Siauw lim, aku tak bisa tidak<br />

mencampuri." Ia berhenti sejenak dan memasang kuping. Keadaan diseputarnya sunyi senyap.<br />

Wanita itu tak punya kawan dan ia merasa lega.<br />

Selama kurang lebih satu jam, si baju hitam tak pernah menengok kebelakang. Dengan<br />

melihat punggungnya dan gerak-geriknya, Boe Kie merasa bahwa ia pernah bertemu dengan<br />

wanita itu. "Apa Boe Beng Eng Kouwnio ? Apa Teng Bin Koen ?" ia menduga-duga.<br />

Tak lama kemudian kuil Siauw lim sie sudah berada didepan mata. Sesudah mendaki kuil<br />

dengan tindakan lebih perlahan. Ia berlaku sangat hati-hati.<br />

Sekonyong-konyong dari dalam terdengar suara yang bergemuruh yang keluar dari<br />

tenggorokan ratusan manusia. "Eh...“ kata Boe Kie didalam hati. "Mengapa di tengah malam<br />

buta begitu banyak pendeta membaca kitab suci? Ada apa ?"<br />

Mendengar suara berdoa itu, wanita tersebut berjalan makin perlahan. Sesudah maju beberapa<br />

tombak lagi, ia tiba disamping Tayhiong Po thian. Mendadak terdengar suara tindakan yang<br />

sangat enteng dan ia mendekam diantara rumput-rumput tinggi. Beberapa saat kemudian<br />

empat pendeta bersenjata golok dan sianthung keluar meronda. Siauw lim sie ternyata tetap<br />

waspada.<br />

Sesudah keempat pendeta itu lewat, wanita itu melompat keluar dari tempat sembunyinya dan<br />

menghampiri jendela, Lompatan dan gerakannya mengunjuk bahwa dia memiliki ilmu ringan<br />

badan kelas satu,<br />

"Ia tidak membekal senjata, mungkin ia tidak mengandung maksud jelek," pikir Boe Kie.<br />

Sebab ingin melihat muka wanita itu, kalau-kalau benar ia mengenalinya, Boe Kie lalu<br />

mengambil jalan memutar dan kemudian menempatkan diri di sudut barat laut Tay hiong Po<br />

thian. Ia mengerti bahwa kedudukannya sangat tak enak. Kalau hanya diketahui oleh pendeta<br />

Siauw lim ia akan hilang muka sebab seorang yang berkedudukan tinggi seperti dirinya<br />

memang tak pantas mengintip-ngintip ditengah malam buta. Maka itulah ia bergerak dengan<br />

sangat hati-hati.<br />

Dari sela jendela ia mengawasi kedalam. Diruangan itu terdapat ratusan pendeta yang sebaris<br />

demi sebaris bersila diatas tikar. Diantara mereka ada yang memegang alat sembahyang, ada<br />

pula yang berdoa sambil merangkap kedua tangan. Mereka rupa-rupanya sedang mengadakan<br />

sembahyang untuk roh dari orang2 yang baru meninggal dunia.<br />

"Benar," kata Boe Kie didalam hati. "Dalam Eng hiong Tay hwee banyak orang binasa,<br />

sedang dalam peperangan melawan tentara Goan juga banyak yang mengorbankan jiwa.<br />

Berdasarkan welas asih mereka mengadakan sembahyang besar untuk menuntun roh-roh ke<br />

sorga".<br />

Sembahyang itu dipimpin oleh Kong boen Taysoe sendiri, Disamping Kongboen terdapat<br />

seorang wanita muda. Begitu melihat wajahnya, Boe Kie terkejut sebab dia bukan lain<br />

daripada Cioe Cie Jiak.<br />

Boe Kie menghela napas. "Sembahyang ini tentu diadakan atas permintaan Cie Jiak pada tadi<br />

siang," pikirnya. "Ia merasa berdosa dan menyesal, banyak orang yang tidak berdosa binasa<br />

dalam tangannya." Dengan matanya yang tajam, ia mengawasi leng pay (papan dengan tulisan<br />

nama orang yang disembahyangi ) di atas meja. Tiba-tiba saja air matanya mengucur sebab di<br />

lengpay itu tertulis huruf-huruf ini: "Tempat yang suci dari pendekar wanita In Lee“.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1438

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!