20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Selagi bersangsi, tiba-tiba ia dengar suara penggayu memukul air, dan perahu itu sudah<br />

bergerak ketengah telaga. Dilain saat terdengar bunyi khim yang diiring dengam nyanyian<br />

seperti berikut;<br />

"Malam ini kuhilanag kegembiraan,<br />

Besok malam, belum ada ketentuan.<br />

Dibawah Liok ho tah,<br />

Yanglie melambai, perahu menunggu,<br />

Pemuda kesatria,<br />

Apa sudi datang kesitu ?"<br />

Semakin lama perahu jadi semakin jauh, sedang nyanyian itu pun semakin sayup<br />

kedengarannnya, sinar tengloleng kelihatan seperti sebutir kacang dan kemudian menghilang<br />

dari pemandangan.<br />

Pengalaman Thio Coei San pada malam itu sungguh-sungguh luar biasa. Disaat ini, dia<br />

menghadapi pembunuhan, mayat dan pertempuran disaat lain, ia bertemu dangan wanita<br />

cantik, khim dan nyanyian merdu. Lama juga ia berdiri ditepi telaga, seperti orang hilang<br />

ingatan. Kemudian sambil menghelan napas, dengan tindakan lesu ia kerumah penginapan.<br />

Pada esok harinya, pembunuhan hebat digedung Liong boen Piauw kiok dan ditepi telaga<br />

telah menggemparkan seluruh kota Lim an. Thio Coei San yang gerak geriknya lemah lembut<br />

seperti seorang sasterawan tentu saja tidak dicurigai. Hari itu, dari pagi sampai sore, ia<br />

berputar-putar dipasar pasar dikelenteng-keleteng dalam usaha mencari Jie Lim Coe dan Boh<br />

Seng Kok. Tapi jangankan orangnya, sedangkan tanda tandanyapun yang biasa ditaruh<br />

disepanjang jalan jika Boe tong Cit hiap sedang manjalankan tugas tak kelihatan.<br />

Sesudah mata hari mendoyong kebarat, mau tak mau, ia ingat nyanyian nona cantik itu yang<br />

selalu terbayang didepan matanya. "Jika aku berlaku sopan, halangan apa aku menemuinya?"<br />

katanya di dalam hati, "Memang alangkah baiknya jika Jieko dan Cit tee berada disini dan<br />

bisa turut serta. Ya, aku mesti bertemu dengan nona itu. Dia adalah orang satu-satunya yang<br />

bisa ditanyakan olehku." Sesudah mengambil keputusan, buru-buru ia menangsal perut dan<br />

lalu berangkat kepagoda Liok ho tah.<br />

Liok ho tah berada ditepi Sungai Cian tongkang dan tempat itu terpisah agak jauh dari kota<br />

Lim an sehingga walaupun Thio Coei San menggunakan ilmu mengentengkan badan, waktu<br />

tiba di Liok ho tan, siang sudah terganti dengan malam.<br />

Dari jauh ia sudah lihat, bahwa disebelah timur pagoda itu terdapat tiga pohon yanglioe dan<br />

dibawah pohon tertambat sebuah perahu kecil. Perahu perahu disungai itu kebanyakan<br />

menggunakan layar dan bentuknya banyak lebih besar daripada perahu pelesir ditelaga See<br />

ouw. Tapi perahu yang berada di bawah pohon yanglioe, tiada bedanya dengan perahu<br />

semalam dan dikepala perahu tergantung sebuah tengloleng.<br />

Jantung pemuda itu, memukul keras dan sesudah dapat menenteramkan hatinya, barulah ia<br />

mendekati pohon yanglioe itu. Dikepala perahu kelihatan berduduk seorang wanita yang<br />

mengunakan baju muda. Ternyata nona itu tidak menyamar lagi sebagai pria.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 132

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!