20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pihak Siauw lim segala pelajaran yang telah diperolehnya dari Kioe yang Cin keng dengan<br />

harapan, bahwa pihak Siauw lim sudi memberitahukannya bagian bagian Kioe yang Cin keng<br />

yang belum dimengerti olehnya.<br />

Sesudah berpikir agak Iama, Kong boen berkata: "Semenjak ribuan tahun, diantara tujuhpuluh<br />

dua macam ilmu silat Siauw lim sie, belum pernah ada seorang murid yang berhasil<br />

mempelajari lebih daripada duabelas macam."<br />

"Ilmu yang dimiliki Thio Cinjin memang ilmu yang sangat luar biasa. Akan tetapi, ilmu silat<br />

yang diwariskan oleh leluhur partai kami dengan sesungguhnya sudah terlalu banyak,<br />

sehingga, untuk mempelajari sepersepuluhnya saja, sudah tidak gampang. Thio Cinjin<br />

menyatakan bersedia untuk menukar ilmu dengan partai kami dan untuk kesudian itu, kami<br />

merasa berterima kasih. Tapi jika dipandang dari sudut kami, kami sebenarnya tak perlu<br />

menambah ilmu, sebab kami sendiri sudah memiliki terlampau banyak."<br />

Ia berdiam sejenak dan kemudian berkata pula: "Ilmu silat Boe tong bersumber dari Siauw<br />

lim. Jika hari ini kedua belah pihak tukar menukar ilmu, maka dikemudian hari, orang orang<br />

yang tidak tahu duduknya persoalan, akan mengatakan, bahwa meskipun ilmu silat Boe tong<br />

bersumber dari Siauw lim, Siauw lim pay pun pernah memperoleh pelajaran dari Thio Cinjin.<br />

Sebagai Ciang boenjin dari Siauw lim pay, desas desus yang semacam itu benar-benar tidak<br />

bisa di pertanggung jawabkan oleh Siauw ceng."<br />

Diam-diam Sam Hong menghela napas. Ia merasa menyesal, bahwa Kong boen Taysoe, salah<br />

seorang dari empat pendeta suci, bisa mempunyai pemandangan yang sedemikian sempit.<br />

Akan tetapi karena kedatangannya adalah untuk meminta bantuan orang, maka sebisa-bisanya<br />

ia menahan sabar dan tidak menegur. "Sam wie adalah Seng Ceng (Pendeta suci), selalu<br />

menaruh belas kasihan terhadap segenap umat manusia" Katanya dengan suara memohon: "<br />

Jiwa anak ini tergantung atas selembar rambut. Maka itu, dengan mengingat welas asihnya<br />

Sang Buddha, siauwtoo memohon pertolongan dan untuk itu, siauwtoo berterima kasih tidak<br />

habisnya."<br />

Kong tie tertawa dingin. "Benar, memang benar seorang beribadat harus menaruh belas<br />

kasihan kepada, ummat manusia," katanya dengan tawar. "Tapi berapa banyak murid Siauw<br />

lim telah binasa didalam tangan Thio Coei San Thio Ngo hiap dan isterinya? Karena mereka<br />

berdua sudah <strong>membunuh</strong> diri sendiri, kamipun tidak mau menarik panjang urusan ini. Kalau<br />

mau ditarik panjang, kalau kami mau bersendirian, bahwa satu jiwa harus dibayar dengan satu<br />

jiwa pula, maka anak inipun harus diserahkan untuk membayar hutang."<br />

Semenjak tadi, Boe Kie yang berdiri disamping kakek gurunya sudah naik darah. Sebegitu<br />

jauh, sedapat dapatnya ia menekan hawa amarahtnya. Sekarang begitu mendengar<br />

disebutkanaya ayah ibunya, ia tak bisa menahan sabar lagi.<br />

"Thay soecouw," katanya dengan suara nyaring, "hweeshio hweeshio ini telah melaksanakan<br />

kematiannya ayah dan ibuku. Aku lebih suka lantas mati sekarang daripada memohon<br />

pertolongan mereka!"<br />

"Diam!" bentak Sam Hong. "Dihadapan orang orang tua, tak boleh kau ngaco-belo. Kematian<br />

ayah dan ibumu tiada sangkut pautnya dengan pendeta pendeta suci itu."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 375

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!