20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Yo Siauw, In Thian Ceng, Pheng Eng Giok dan yang lain-lain adalah orang-orang yang<br />

berpengalaman luas dan berakal budi. Tapi sekarang mereka menemui jalan buntu. Mereka<br />

mengasah otak, berpikir bolak balik tapi mereka tetap tak bisa menembus misteri yang aneh<br />

itu.<br />

Selagi mereka berunding, tiba-tiba di sebelah barat terdengar suara kedubrakan sebuah pohon<br />

siong tua roboh dengan tiba-tiba. Semua orang kaget dan memburu ke tempat itu. Pohon itu<br />

berada di pinggir sebuah perkarangan yang terkurung tembok dan batang yang patah<br />

menimpa tembok itu. Waktu didekati, pohon itu ternyata roboh karena terpukul, sebab uraturatnya<br />

di bagian yang patah putus semuanya. Dilihat dari urat-uratnya yang sudah agak<br />

kering, pukulan itu bukan baru terjadi, tapi sudah berselang beberapa hari.<br />

Mendadak beberapa orang mengeluarkan seruan kaget.<br />

Ih!<br />

Lihat ini!<br />

Aha! Di sini terjadi pertempuran hebat!<br />

Memang dalam perkarangan itu terlihat tanda-tanda bekas pertempuran. Di atas lantai batu<br />

hijau, di dahan pohon dan di tembok terlihat bekas bacokan senjata tajam atau pukulanpukulan<br />

yang dahsyat. Dilihat dari bekas-bekasnya orang-orang yang bertempur adalah ahliahli<br />

silat kelas satu. Tapak-tapak kaki yang menggores lantai membuktikan Lweekang yang<br />

sangat tinggi dari orang-orang yang berkelahi itu.<br />

Mendadak Wie It Siauw mengendus bau darah. Dalam pertempuran itu rupanya sudah<br />

mengucur banyak darah tapi karena semalam turun hujan besar, sebagian besar darah itu<br />

sudah hanyut dan hanya ketinggalan di beberapa tempat tertentu.<br />

Perkarangan itu sangat besar dan tadi waktu diperiksa, orang tidak memeriksa secara teliti<br />

sebab di situ tak terdapat manusia. Kalau pohon siong itu tidak roboh mereka tentu takkan<br />

datang lagi ke sini.<br />

Yo Cosoe, bagaimana pendapatmu? tanya Pheng Eng Giok.<br />

Pada tiga empat hari yang lalu, di sini telah berlangsung pertempuran yang sangat hebat,<br />

jawabnya. Hal ini tak usah disangsikan lagi. Apakah orang-orang Siauw lim sie terbasmi<br />

semua?<br />

Aku sependapat dengan Yo Cosoe, kata Pheng Eng Giok. Tapi siapa musuhnya Siauw lim<br />

sie? Mana ada partai yang begitu lihay? Apa Kay-pang?<br />

Biarpun partai besar dan banyak orang pandainya, Kay-pang pasti takkan bisa membasmi<br />

semua pendeta dalam kuil ini, kata Cioe Tian. Yang bisa berbuat begitu hanyalah Beng-kauw<br />

kita, tapi jelas-jelas bukan kitalah yang melakukannya.<br />

Cioe Tian lebih baik kau jangan mengeluarkan segala omong kosong, kata Tiat koan Toojin.<br />

Apakah di antara kita ada yang tidak tahu bahwa kita tidak melakukan perbuatan ini?<br />

Diluar dugaan perkataan Cioe Tian yang dikatakan sebagai omong kosong sudah<br />

mengingatkan sesuatu kepada Yo Siauw. Ah!..., ia mengeluarkan seruan tertahan. Kauw coe<br />

mari kita pergi lagi ke Tat-mo tong.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 866

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!