20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

terang. Dengan memandang mukaku, kuharap Han Toako sudi melupakan segala apa yang<br />

sudah terjadi.”<br />

Sesudah bangun berdiri dengan mata melotot Han Lim Jie mengawasi para tokoh pengemis.<br />

Ia ingin mencaci untuk melampiaskan rasa dongkolnya, tapi sesudah mendengar perkataan<br />

Boe Kie, ia terpaksa menahan sabar.<br />

“Thio kauwcoe,” kata Cie hoat tiangloo. “Kunjunganmu membikin terang muka partai kami.<br />

Kami ingin mengundang kalian dalam sebuah perjamuan sederhana untuk menyambut Thio<br />

Kauwcoe dan menghaturkan maaf kepada Kouwnio serta Han toako.” Ia berpaling kepada<br />

seorang murid dan berkata pula, “Lekas sediakan meja perjamuan!”<br />

Murid itu lantas saja mengiakan.<br />

Karena memikir ayah angkatnya dan ingin bicara banyak dengan Cioe Cie Jiak, Boe Kie tak<br />

punya kegembiraan untuk makan minum. Maka itu, sambil merangkap kedua tangannya ia<br />

berkata, “Aku menghaturkan banyak terima kasih atas undangan kalian. Tapi aku tak bisa<br />

membuang buang waktu karena perlu mencari Gie hoe. Di lain hari aku mau datang<br />

berkunjung pula. Kuharap kalian suka memaafkan untuk penolakan ini.”<br />

Tapi Coan kang Tiangloo dan yang lain2 tidak mau mengerti sehingga Boe Kie terpaksa juga<br />

menerima undangan itu. Selagi makan minum, para tetua Kaypang kembali menghaturkan<br />

maaf dan berjanji akan menyebar murid murid Kaypang untuk bantu mencari Cia Soen.<br />

Begitu lekas mendapat warta baik, mereka akan segera melaporkan kepada Beng kauw, kata<br />

mereka. Untuk kebaikan itu, Boe Kie menghaturkan banyak terima kasih. Biarpun<br />

berkepandaian dan berkedudukan tinggi, ia sedikitpun tidak mengunjuk kesombongan. Ia<br />

bahkan sangat merendah, sehingga para pengemis merasa kagum dan takluk. Sesudah<br />

bersantap, Boe Kie bertiga segera berpamitan. Para pengemis mengantar mereka sampai<br />

sepuluh li di luar kota Louw liong dan mereka berpisahan dengan hati berat.<br />

Dengan menunggang kuda kuda hadiah Kay pang, Boe Kie, Cie Jiak dan Han Lim Jie<br />

meneruskan perjalanan ke selatan dengan mengambil jalan raya. Han Lim Jie berlaku sangat<br />

hormat. Ia tidak berani merendengkan kudanya dengan Boe Kie dan Cie Jiak dan hanya<br />

mengikuti dari belakang. Di sepanjang jalan, ia melayani Boe Kie dan Cie Jiak seperti<br />

seorang pelayan.<br />

Boe Kie merasa sangat tidak enak. “Han Toako,” katanya, “biarpun kau seorang anggota<br />

agama kita, kau hanya diharap mendengar segala perintahku dalam urusan urusan yang resmi.<br />

Dalam pergaulan pribadi sehari hari, kita adalah orang orang yang sepantar, yang<br />

berkedudukan sama tinggi, seperti saudara dan sahabat. Sedalam dalamnya aku sangat<br />

menghormati kepribadianmu.”<br />

Han Lim Jie kelihatan bingung dan jengah. “Dengan setulus hati aku yang rendah berdiri<br />

sama tinggi dengan Kauwcoe?” Aku sudah merasa sangat beruntung, bahwa aku mendapat<br />

kesempatan untuk melayani Kauwcoe.”<br />

“Aku bukan Kauwcoe,” kata Cie Jiak sambil tersenyum. “Kau jangan mengunjuk kehormatan<br />

yang begitu besar terhadapku.”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1213

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!