20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sang suami manggut-manggutkan kepalanya. "Aku sungguh girang mendangar pengutalanmu<br />

ini," katanya. "Orang kata, bibit mencelakakan manusia tidak boleh ditanam didalam hati,<br />

bibit menolong manusia harus dipupuk."<br />

"Benar," kata So So. "Tapi bagaimana kita harus bertindak, kalau benar dia kalap lagi.<br />

Dengan adanya saudara Kauw jie sebagai pembantu, kekuatan kita bertambah besar."<br />

"Tapi kurasa kita tidak dapat terlalu mengandalkan kera" kata sang suami. "Dia memang<br />

pintar sekali, tapi belum tentu dia mengerti kemauan kita. Kita harus mencari daya upaya<br />

yang lebih semgurna."<br />

"Begini saja," So So mengajukan usulnya. "Waktu momberikan makanan kepadanya, kita<br />

menaruh racun.... Tidak! Tidak boleh begitu! Belum tentu dia kalap lagi dan mungkin sekali<br />

kita menduga keliru."<br />

"Aku mempunyai serupa akal yang rasaaya dapat digunakan," kata Coei San. "Mulai besok<br />

kita pindah kebagian sebelum guha ini dan membuat sebuah lubang jebakan dibagian luar dan<br />

diatas lubang itu, kita tutup dengan rumput dan daun daun kering."<br />

"Akal itu sangat baik, hanya aku kuatir kau akan dicegat dia ditengah jalan waktu kau<br />

memburu binatang," kata So So.<br />

Coei San tertawa. "Tak usah kau kuatirkan keselamatanku," katanya, "Begitu lekas melihat<br />

gelagat kurang baik, aku bisa lantas melarikan diri. Dengan memanjat batu-batu cadas dan<br />

tebing, kurasa dia tak akan dapat menyandak aku."<br />

Keesokan paginya, Coei San lalu mulai menggali lubang dibagian luar guha itu. Karena tidak<br />

mempunyai cangkul besi, ia terpaksa menggunakan potongan kayu, sehingga pekerjaan itu<br />

memerlukan te<strong>naga</strong> yang sangat besar. Tapi berkat Lweekangnya yarg sangat tinggi, sesudah<br />

bekerjaa keras tujuh hari lamanya, ia berhasil menggali lubang yang dalamnya sudah kira-kira<br />

tiga tombak.<br />

Sementara itu, makin hari Cia Soen makin gila lagaknya. Sering-sering ia menari-nari<br />

ditempat terbuka sambil mencekal To liongto. Coei San bekerja makin keras. Sesudah<br />

menggali lima tombak, ia berniat menancapkan potongan-potongan kayu tajam didasar<br />

lubang. Menurut rencananya, guha itu bermulut lebar dan berdasar sempit sehingga jika Cia<br />

Soen jatuh kedalamnya, ia bukan saja akan terluka, tapi sukar dapat melompat keluar karena<br />

badannya bakal terjepit.<br />

Hanya sayang, sebelum ia selesai mengali sampai lima tombak, penyakit Cia Soen sudah<br />

keburu kumat lagi.<br />

Hari itu, sesudah makan tengah hari, Cia Soen jalan mundar-mandir didepan guha. Coei San<br />

tidak berani bekerja, karena kuatir suara menggali tanah akan menimbulkan kecurigaannya. Ia<br />

juga tidak berani meninggalkan isterinya dan terus berdiam diluar mulut guha sambil<br />

menahan napas dan berwaspada.<br />

Tiba-tiba Cia Soen mulai mencaci. Ia mencaci langit, Bumi, dewa-dewa dan malaikatmalaikat.<br />

Sesudah itu ia mencaci kaizar-kaizar dan orang orang ternama dijaman purba.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 228

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!